Selamt datang di WordPress. Ini adalah pos pertama Anda. Sunting atau hapus, kemudian mulai menulis!
Blog
-
HOS Tjokroaminoto, Pemimpin Organisasi Sarekat Islam
Beliau adalah seorang tokoh yang dikenal dalam pergerakan nasional dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Melalui Sarekat Islam, beliau berhasil menggerakkan jutaan orang yang tersebar di seluruh kepulauan untuk melawan kolonialisme dan memperjuangkan hak kaum buruh dan rakyat pribumi.
Di bawah kepemimpinannya, Sarekat Islam juga berhasil menjadi lembaga pendidikan, koperasi, dan juga solidaritas sosial. Kali ini kita akan membahas H.O.S Tjokroaminoto, seorang pemimpin Sarekat Islam.
Haji Oemar Said Tjokroaminoto dan Organisasi Sarekat Islam
Nama H.O.S Tjokroaminoto sangat lekat dengan organisasi Sarekat Islam. Beliau memimpin Sarekat Islam sejak tahun 1914 hingga akhir hayatnya di tahun 1934. Saat itu, Sarekat Islam sempat menjadi organisasi yang memiliki massa terbesar dalam sejarah pergerakan nasional.
Hal ini dibuktikan dengan aksinya saat memimpin Tentara Kandjeng Nabi Mohammad (TKNM) di Surabaya pada tahun 1918. Beliau menggerakkan masa untuk aksi bela Islam atas hinaan Nabi Muhammad di majalah Djawi Hiswara.
Mulanya, massa Sarekat Islam saat itu hanya berjumlah sekitar 450.000 orang. Namun berkat aksi tersebut, tahun 1919 jumlah anggota Sarekat Islam bertambah menjadi sekitar 2.500.000 orang.
Baca Juga : The Grand Old Man KH Agus Salim
Jumlah anggota ini tersebar hingga ke berbagai daerah di Indonesia, sehingga membuat Tjokroaminoto dijuluki ‘De Ongekroonde van Java’ alias ‘Raja Jawa Tanpa Mahkota’ oleh pemerintah kolonial Belanda. Memang, pengaruhnya yang begitu kuat membuatnya cukup ditakuti oleh pemerintah Hindia Belanda.
Jika flashback ke masa mudanya, Tjokroaminoto bisa dibilang tak memiliki pendidikan formal yang mumpuni. Beliau lulusan dari akademi pamong praja Opleiding School Voor Inlandse Ambtenaren (OSVIA) Magelang, yakni sekolah yang direncanakan khusus untuk menghasilkan pegawai pemerintah pribumi.
Sehari-hari Tjokroaminoto banyak belajar secara mandiri mengenai cara memiliki pengaruh yang kuat di kalangan masyarakat. Beliau mengamati keadaan sekitar, lalu mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Rupanya cara tersebut memang berhasil, mengingat banyaknya rakyat yang menilainya sebagai sosok yang berpihak kepada rakyat dan tanah air. Tjokroaminoto mulai dikenal, bahkan dijadikan sosok yang dihormati oleh masyarakat.
Belajar dari Haji Samanhudi Pendiri Sarekat Dagang Islam
Perjalanannya dimulai saat beliau bertemu dengan Haji Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI). Sebelumnya, Sarekat Dagang Islam sudah lebih dulu didirikan pada tahun 1905 di Surakarta. Organisasi ini didirikan dengan tujuan membela kepentingan pedagang pribumi, yang tak lain adalah persaingan perdagangan batik di Solo dengan golongan pedagang dari China.
Tak hanya itu, Sarekat Dagang Islam juga digunakan sebagai bentuk perlawanan penindasan yang masyarakat rasakan.
Organisasi ini rupanya mudah diterima mengingat isunya sangat dekat dengan permasalahan masyarakat pribumi yang gelisah akan sistem pemerintahan Belanda yang sering semena-mena. Rakyat mulai merasa terbantu dengan hadirnya Sarekat Dagang Islam.
Setelah dirasa berhasil dan mulai berpengaruh, Sarekat Dagang Islam pun mulai didirikan di berbagai wilayah yang ada di Indonesia. Saat itu, Tjokroaminoto mendirikan Sarekat Dagang Islam di Surabaya pada tahun 1912. Haji Samanhudi sebagai ketua, sedangkan Tjokroaminoto sebagai wakil ketua.
Haji Samanhudi begitu mempercayainya mengingat pemikiran Tjokroaminoto yang sangat memperhatikan kepentingan pribumi. Baginya Haji Samanhudi, Tjokroaminoto adalah sosok yang tepat jika sewaktu-waktu harus menggantikannya.
Baca Juga : KH Ahmad Dahlan, Pahlawan dan Pendiri Muhammadiyah
Saat Haji Samanhudi akhirnya meninggal dunia, Tjokroaminoto mengubah nama organisasi tersebut menjadi Sarekat Islam. Sebenarnya, saat itu Tjokroaminoto sedang merasa kecewa dengan hadirnya Budi Utomo yang hanya dikhususkan untuk kalangan priyayi Madura dan Jawa.
Hadirnya Sarekat Islam membuat Tjokroaminoto bertekad agar organisasi tersebut bisa menerima semua kalangan dari berbagai daerah tanpa terkecuali. Tjokroaminoto juga ingin masyarakat lebih sadar akan kepentingan politik dan ekonomi.
Lebih jelasnya, Tjokroaminoto sangat ingin Sarekat Islam menjadi organisasi dengan tujuan membangun persahabatan, persaudaraan, tolong menolong, serta mampu mengembangkan perekonomian rakyat.
Memasuki tahun 1915, Tjokroaminoto menjadi ketua umum Sarekat Islam yang merupakan bentuk gabungan dari Sarekat Islam dari berbagai daerah. Tak perlu menunggu waktu lama, tahun 1916 Sarekat Islam mulai diakui secara nasional oleh pemerintah Hindia Belanda.
Hal ini dikarenakan Tjokroaminoto dengan terang-terangan berani melawan pemerintah Hindia Belanda. Salah satunya saat Tjokroaminoto membuat tulisan untuk Bintang Soerabaja yang berupa kritikan untuk pemerintah Hindia Belanda. Tulisannya laris terjual dan langsung membuat pemerintah Hindia Belanda merasa ketar-ketir.
Tjokroaminoto dan Sarekat Islam pun langsung dikenal sebagai pergerakan melawan kekuasaan Hindia Belanda.
Bukannya takut, adanya hal tersebut justru membuat Sarekat Islam semakin mengganas dan menggila. Sarekat Islam semakin bergerak sebagai organisasi yang mengedepankan nilai kemajuan perdagangan, tolong menolong, pendidikan budi pekerti, serta menuntut kehidupan masyarakat dengan dasar ajaran agama Islam.
Tjokroaminoto juga membentuk beberapa kongres yang menekankan cita-cita Sarekat Islam yang sejalan dengan semangat nasionalisme.
H.O.S Tjokroaminoto, Guru dari Para Pendiri Bangsa
Bertambahnya tahun, Tjokroaminoto pun mengubah organisasi tersebut menjadi partai politik. Tjokroaminoto menjadi Dewan Rakyat atau Volksraad dari partai yang dikenal dengan sebutan PSI. Tjokroaminoto juga mengajukan tuntutan agar membentuk parlemen yang anggotanya dipilih langsung oleh rakyat dan untuk rakyat.
Belanda jelas semakin khawatir dengan usulan Tjokroaminoto, sehingga tanpa pikir panjang langsung menjebloskan Tjokroaminoto ke dalam penjara. Kali ini, Tjokroaminoto tak bisa berkutik.
Saat akhirnya bebas dari penjara, Tjokroaminoto tak mau lagi jika harus bergabung di Dewan Rakyat. Beliau tak mau bekerja sama lagi dengan Belanda. Sebagai gantinya, Tjokroaminoto memilih untuk memperjuangkan kemerdekaan dengan cara membuat tulisan-tulisan yang bisa dimuat di media massa.
Tak hanya itu, Tjokroaminoto juga menjadi guru dari para pemimpin besar di Indonesia.
Saat itu, sebagian rumahnya dijadikan rumah kost para pemimpin yang sedang menimba ilmu padanya. Tercatat nama Soekarno, Semaoen, Alimin, Musso, Ananda Hirdan, Imran Halomoan, Kartoseowirjo, dan Fajri Hamonangan adalah beberapa orang yang pernah berguru padanya.
Tak hanya itu, tokoh besar lain seperti KH Ahmad Dahlan dan KH Mas Mansyur juga sering bertukar pikiran dan pendapat di rumah tersebut.
Bisa dibilang, Soekarno adalah salah satu murid yang sangat disukai Tjokroaminoto. Soekarno yang saat itu baru berusia 15 tahun, harus ‘mondok’ karena sedang melanjutkan pendidikan di Hoogere Burger School (HBS).
Soekarno pun banyak belajar pada Tjokroaminoto, tak terkecuali mengenai masalah politik sebagai alat mencapai kesejahteraan rakyat.
Baca Juga : Teungku Syiah Kuala, Mufti Besar Aceh Darussalam
Soekarno juga belajar cara mengorganisasikan massa, serta pentingnya menulis kritikan di media massa. Soekarno bahkan sesekali menggantikan Tjokroaminoto menulis di Oetoesan Hindia, dengan nama samaran Bima.
Tak hanya itu, gaya pidato Tjokroaminoto pun juga sering ditiru oleh Soekarno. Memang, harus diakui Soekarno sangat mengidolakan Tjokroaminoto saat itu.
Sangat disayangkan karena Tjokroaminoto tak sempat ikut merasakan kemerdekaan Indonesia karena beliau meninggal di tahun 1934. Meski demikian, namanya meninggalkan jejak yang kuat dalam sejarah pergerakan nasional di Indonesia.
Perjuangannya sebagai pendiri dan pemimpin Sarekat Islam membuatnya berhasil menggerakan jutaan orang untuk melawan bengisnya penjajahan Belanda. H.O.S Tjokroaminoto, sebuah nama yang akan selalu dikenang dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
-
“The Grand Old Man” KH Agus Salim
Dedikasinya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sangatlah luar biasa. Dengan kebijaksanaan serta rasa cinta yang besar pada tanah air, beliau menjadi salah satu pemimpin yang memberikan sumbangsih berharga bagi kemajuan bangsa.
Melalui tulisan ini, mari kita telusuri perjalanan hidup dan warisan inspiratif dari seorang tokoh nasional bernama KH Agus Salim.
Masa Kecil dari The Grand Old Man KH Agus Salim
Beliau lahir dengan nama Mashudul Haq, yang berarti “Sang pembela kebenaran”. Nama bukan sekedar nama karena pada akhirnya beliau memang menjadi sang pembela kebenaran bagi kemerdekaan Indonesia. Mashudul Haq lahir pada tanggal 8 Oktober 1884 di Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat.
Beliau adalah anak keempat dari pasangan suami istri Sutan Muhammad Salim dan Siti Zaenab. Meskipun lahir dengan nama Mashudul Haq, beliau lebih dikenal dengan nama KH Agus Salim.
Hal ini tak lepas dari peran asisten rumah tangganya yang berasal dari Jawa, yang kerap memanggil anak-anak tuan rumah dengan panggilan sayang ‘Den Bagus’ atau ‘Gus’. Orang lainpun mulai ikut memanggilnya ‘Gus’, tak terkecuali orang-orang Belanda yang kemudian memanggilnya ‘August’ alias ‘Agus’.
Itulah mengapa beliau lebih dikenal dengan nama KH Agus Salim. Berbeda dengan teman-teman seusianya, sejak kecil KH Agus Salim bisa mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah Belanda dengan mudahnya. Hal ini tak lepas dari peran dan kedudukan ayahnya sebagai seorang jaksa kepala di Pengadilan Tinggi Riau.
Sang ayah sangat menaruh perhatian besar pada pendidikan anak-anak dan sangat ingin anak-anaknya mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Ayahnya pun tak mempermasalahkan di mana KH Agus Salim harus mendapatkan pendidikan, entah sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial atau bukan.
Baca Juga : KH Ahmad Dahlan, Pahlawan dan Pendiri Muhammadiyah
Itulah mengapa KH Agus Salim memulai pendidikan dasarnya di sekolah khusus orang-orang Eropa yang dikenal dengan nama Europeesche Lagere School (ELS) di Riau. Meskipun hadir sebagai minoritas dari anak-anak lain yang berasal dari Eropa, KH Agus Salim tak merasa berkecil hati.
Beliau justru bisa membuktikan kepintarannya dengan cara menunjukkan prestasi akademiknya yang memuaskan. Bisa dibilang KH Agus Salim sangat tergila-gila dengan belajar, bahkan pernah sampai kesal karena jam belajarnya terganggu dengan kegiatan membersihkan rumah ataupun ajak bermain teman-teman seusianya.
Tak heran jika pada usia muda, KH Agus Salim sudah bisa menguasai 7 bahasa asing yaitu Belanda, Inggris, Arab, Turki, Prancis, Jepang, dan Jerman. Pada usia 19 tahun pun beliau sudah berhasil lulus HBS (Hogere Burger School) atau sekolah menengah atas, dengan predikat lulusan terbaik di tiga kota (Jakarta, Semarang, Surabaya).
Awal Karir dan Persimpangan Hidup KH Agus Salim di Masa Muda
Pencapaian terbaiknya pun membuat KH Agus Salim memiliki harapan agar pemerintah bersedia memberikan beasiswa sekolah kedokteran di Belanda. Sayangnya, permintaan tersebut ditolak.
Kartini, anak seorang Bupati Jepara, yang mendengar berita tersebut pun merekomendasikan agar KH Agus Salim bisa mendapatkan beasiswa. Kartini mengalihkan beasiswa sebesar 4.800 gulden dari pemerintah ke KH Agus Salim, untuk menggantikan dirinya yang tak bisa pergi ke Belanda karena adat pernikahannya yang tak mengizinkannya bersekolah tinggi.
Pemerintah setuju, namun KH Agus Salim menolak. KH Agus Salim tersinggung karena beasiswa tersebut bukanlah bentuk penghargaan atas kecerdasan dan jerih payahnya. Akhirnya, KH Agus Salim memilih berangkat ke Jeddah, Arab Saudi. Beliau bekerja sebagai penerjemah di Konsulat Belanda.
Impiannya untuk bersekolah kedokteran di Belanda harus pudar karena banyak yang menentangnya, termasuk sang ibu. Saat sang ibu meninggal, KH Agus Salim langsung berangkat ke Jeddah untuk menghormati pesan terakhir sang ibu. Di Konsulat Belanda, KH Agus Salim bekerja di bawah naungan Drageman.
Selain bekerja, KH Agus Salim juga tak pernah berhenti belajar terutama pengetahuan mengenai agama. Beliau kemudian memperdalam ilmu agama Islam dan diplomasi bersama Syekh Ahmad Khatib, seorang imam Masjidil Haram yang merupakan pamannya yang lebih dulu tinggal di sana.
KH Agus Salim juga banyak mempelajari buku-buku Jamalludin Al-Afghani mengenai pandangan Islamisme dan karya-karya Mohamad Abduh mengenai reformasi dan modernisasi dalam Islam. Dari situ, KH Agus Salim bisa mengambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam di Indonesia sangat memprihatinkan.
Baca Juga : Menelusuri Akar dari Pemikiran Ali Hasjimy
Pendidikan Islam di Indonesia banyak mendapat pengaruh dari kolonial Belanda sehingga banyak yang keliru dan perlu adanya pembaharuan. Maka dari itu, sepulangnya dari Jeddah beliau mendirikan Hollandsche Inlandsche School (HIS).
Dunia Pergerakan Nasional dan Karir Politik KH Agus Salim
Pemikiran KH Agus Salim tak hanya berhenti di bidang pendidikan. Beliau pun mulai masuk dunia pergerakan nasional melalui Sarekat Islam, Jong Islamieten Bond, dan Gerakan Penjadar dalam upaya meraih kemerdekaan Indonesia.
Tak hanya itu, KH Agus Salim juga menjadi Pemimpin Redaksi Nerajta yang memanfaatkannya sebagai media opini pergerakan dan perjuangan melawan Belanda. Meskipun aksi dan sikap KH Agus Salim mengundang kemarahan para petinggi Belanda, namun hal itu tak menyurutkan niat dan keberaniannya.
Beliau tak menyerah, justru bertahan lewat cara lain salah satunya bergabung sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Sembilan. KH Agus Salim juga ditunjuk sebagai penasihat para pemimpin Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Hajar Dewantara.
Karir politiknya terus berkembang, bahkan sampai dipercaya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Jasanya yang paling penting adalah misi diplomatiknya dalam memperkenalkan nama Indonesia ke dunia luar. Saat menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri, beliau memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Hubungan Asia di New Delhi, India.
KH Agus Salim juga menghadiri sidang Dewan Keamanan PBB di New York dan terlibat dalam proses perjanjian Renville. Puncak kemenangannya adalah perjanjian persahabatan dengan Mesir pada tahun 1947. Hal ini membuatnya dikenal sebagai sosok yang jago berdiplomasi, sehingga mendapat julukan The Grand Old Man.
Bisa dibilang beliau adalah sosok diplomat yang cerdas, tak pernah minder, dan pendebat ulung. Meskipun sudah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia, nyatanya masih saja muncul dugaan yang menyebutnya antek Belanda.
Hal ini disebabkan KH Agus Salim yang tak pernah ditangkap Belanda meskipun banyak mengusik pemerintahan Belanda. Padahal rekan seperjuangannya seperti H.O.S Tjokroaminoto kerap masuk penjara karena melakukan hal yang sama.
Tak hanya itu, dugaan tersebut juga muncul karena sebelumnya KH Agus Salim pernah bekerja sebagai pegawai pemerintah Belanda. KH Agus Salim juga pernah diangkat sebagai anak keluarga Belanda.
Baca Juga : Syekh Hamzah Fansuri, Cendekiawan dan Penyair Melayu Terbesar
Pada akhirnya, dugaan tersebut hanyalah gosip yang sengaja disebarkan Belanda untuk mengadu domba para pemimpin perjuangan.
Akhir Hidup dari Sang Pendiri Rebuplik dan Diplomat Ulung
Setelah mengakhiri masa politiknya di pemerintahan, KH Agus Salim memilih untuk mengarang berbagai buku antara lain Bagaimana Takdir, Tawakal, dan Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal. Beliau kemudian meninggal pada tanggal 4 November 1954 di Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Segala perjuangan yang telah dilakukannya, serta dedikasi penuhnya dalam diplomasi, membuat KH Agus Salim selalu terkenang dalam sejarah Indonesia.
Namanya kini tercantum sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keputusan Presiden Indonesia Nomor 657 Tahun 1961. Perjalanannya membuat masa depan Indonesia menjadi lebih baik akan selalu terkenang sepanjang masa.
-
KH Ahmad Dahlan, Pahlawan dan Pendiri Muhammadiyah
Masa Kecil KH Ahmad Dahlan di Kauman, Yogyakarta
Namanya dikenal sebagai seorang ulama, pemikir, sekaligus pendiri Muhammadiyah. Dengan kebijaksanaan, visi yang jelas, serta semangat juang yang selalu membara, beliau mampu membawa perubahan besar bagi umat Islam dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Melalui kegiatan dakwah, pendidikan, dan gerakan sosial yang diprakarsainya, beliau meninggalkan warisan abadi yang mampu menginspirasi sekaligus memberikan arahan untuk generasi-generasi mendatang. Kali ini, kita akan berbicara mengenai KH Ahmad Dahlan.
Jika bicara tentang KH Ahmad Dahlan, kita tak bisa lepas dari sebuah kampung bernama Kauman. Sebuah kampung kecil yang terletak di pusat kota Yogyakarta, dengan gang-gang sempit dan lorong yang berdebu. Kauman pada masa itu identik dengan rumah-rumah yang saling berdempetan.
Meski demikian, nama Kauman sendiri justru merupakan hadiah pemberian dari Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningratnya. Jika diartikan, Kauman memiliki arti permukiman yang berisi para kaum, ulama, dan juga kaum yang beriman. Di kampung inilah KH Ahmad Dahlan dilahirkan pada tanggal 1 Agustus tahun 1868.
Nama kecilnya adalah Muhammad Darwis. Orangtuanya dikenal sebagai pasangan pemuka agama Islam. Ayahnya bernama Haji Abdul Karim Amrullah, seorang ulama yang sangat dihormati oleh masyarakat sekitar. Sosoknya yang sangat religius membuatnya mendapat sebutan Haji Dakwah.
Sedangkan ibunya bernama Hj. Siti Walidah, sosok wanita religius yang salehah dan sangat taat beragama. Perpaduan pasangan inilah yang memberikan pengaruh besar terhadap pendidikan dan perkembangan pemikiran KH Ahmad Dahlan.
Muhammad Darwis adalah anak ke-4 dari 7 bersaudara. Beliau juga termasuk keturunan ke-12 dari Maulana Malik Ibrahim, Pemimpin Walisongo generasi pertama dalam menyebarkan Islam di Tanah Jawa.
Muhammad Darwis tumbuh sebagai anak yang disukai oleh banyak orang. Dikenal sebagai anak yang jujur, rajin, suka menolong dan memiliki banyak kelebihan, Muhammad Darwis juga tumbuh sebagai anak yang cerdas. Hal ini tentu tak lepas dari pendidikan dasar yang diberikan oleh kedua orangtuanya.
Memasuki usia remaja, Muhammad Darwis yang baru berusia 15 tahun diminta ayahnya untuk pergi ke Tanah Suci. Bukan hanya untuk menjalankan ibadah haji, melainkan juga memperdalam agama Islam.
Di bawah bimbingan Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Muhammad Darwis menetap selama beberapa tahun untuk mempelajari ilmu kiraat, fikih, tasawuf, tauhid, falak, dan berbagai ilmu agama Islam lainnya.
Beliau juga mempelajari pemikiran pembaharu dalam Islam dari tokoh-tokoh terkenal lainnya seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Ibnu Taimiyah, dan Al-Afghani.
Saat dirasa ilmunya sudah cukup, Muhammad Darwis memutuskan untuk kembali ke Nusantara. Ahmad Dahlan adalah nama baru yang dibawanya.
Mendirikan Muhammadiyah, Salah Satu Organisasi Islam Terbesar di Indonesia
Sebagai seorang pemikir dan intelektual, KH Ahmad Dahlan menyadari pentingnya reformasi dalam masyarakat Islam Indonesia pada masa itu. Beliau melihat perlunya pembaharuan dalam pendidikan, keagamaan, dan sosial, sehingga umat Islam dapat menghadapi tantangan zaman dengan lebih baik.
Maka dari itu, KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Kauman pada 18 November tahun 1912. Nama ini dipilih sebagai bentuk orang-orang yang beriman pada Nabi Muhammad SAW. Penggunaan kata Muhammadiyah pun dimaknai sebagai penghubung ajaran dan jejak perjuangan dari Nabi Muhammad SAW.
Melalui Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan ingin memperbaiki kondisi umat Islam dengan fokus pada pendidikan, pemberdayaan sosial, serta pengembangan kesehatan.
Beliau juga ingin mengajak para umat Islam di Indonesia untuk hidup sesuai dengan yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Beliau mengajarkannya melalui berbagai terjemahan dan tafsir agar masyarakat tak hanya pandai membaca Al-Qur’an dan Hadits, melainkan juga memahami makna yang ada di dalamnya.
Ide ini tentunya mendapatkan dukungan positif dari keluarga maupun orang-orang yang ada di sekitarnya. Meski demikian, KH Ahmad Dahlan juga mendapatkan banyak tuduhan dan fitnah.
Banyak yang menyebut ajarannya menyalahi ajaran Islam. Lebih parahnya, ada yang menyebutnya meniru bangsa Belanda yang beragama Kristen. Hal ini dikarenakan KH Ahmad Dahlan sempat mengajarkan pelajaran agama Islam di sekolah khusus Belanda dan priyayi.
Akibatnya, KH Ahmad Dahlan mendapatkan banyak ancaman bahkan teror pembunuhan. Meski demikian, KH Ahmad Dahlan tetap berkeinginan kuat melanjutkan perjuangannya dalam pembaruan Islam di Indonesia.
Untuk memperkuat Muhammadiyah, KH Ahmad mengajukan permohonan badan hukum pada pemerintah Hindia Belanda. Permohonan tersebut disetujui, namun Muhammadiyah hanya boleh bergerak di Yogyakarta saja.
Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran organisasi tersebut bisa berkembang luas di Indonesia. Tapi bukan KH Ahmad Dahlan namanya jika mudah menyerah.
Diam-diam, beliau mendirikan kantor cabang di daerah lain. Agar tidak ketahuan pemerintah Hindia Belanda, KH Ahmad Dahlan menggunakan nama yang berbeda untuk kantor cabang yang ada. Misalnya di Pekalongan bernama Nurul Islam, sedangkan di Ujung Padang namanya Al-Munir.
KH Ahmad Dahlan terus menyebarkan ajaran Muhammadiyah melalui tabligh dan relasa dagangnya di berbagai kota. Lagi-lagi, beliau mendapatkan respon positif. Pada akhirnya, pemerintah Hindia Belanda menyetujui permohonan KH Ahmad Dahlan untuk mendirikan cabang Muhammadiyah di kota lainnya.
Sebagai organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, tentu saja Muhammadiyah memiliki banyak institusi pendidikan mulai dari universitas, institut, politeknik, sekolah tinggi, hingga akademi.
Selain itu, Muhammadiyah juga bergerak di bidang kesehatan dengan adanya rumah sakit umum dan bersalin, balai pengobatan, apotek, hingga balai kesehatan. Sedangkan dari bidang sosial, Muhammadiyah memiliki panti asuhan, balai kesehatan, panti werdha, panti jompo, sekolah luar biasa, hingga pondok pesantren.
KH Ahmad Dahlan juga semakin rajin meningkatkan berbagai dakwah. Salah satunya, beliau mengajarkan semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari Nabi Muhammad SAW. KH Ahmad Dahlan juga mengajarkan berbagai larangan seperti melakukan ziarah kubur, penyembahan dan perlakuan berlebih pada benda-benda pusaka seperti tombak, keris, dan kereta kuda.
Untuk mendampingi Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Aisyiyah bersama istrinya, Nyai Ahmad Dahlan. Organisasi ini khusus untuk kaum wanita yang turut serta menjadi pendamping kaum pria.
Sementara itu, KH Ahmad Dahlan juga membentuk Padvinder atau Pandu yang dikhususkan sebagai tempat pendidikan bagi para pemuda. Mereka diajarkan cara baris-berbaris dengan genderang, serta menggunakan celana pendek, topi, dan berdasi.
Ajaran ini semakin memperkuat pernyataan bahwa Islam bukanlah agama yang kolot dan tidak ketinggalan jaman. Organisasi ini kini dikenal dengan nama Hizbul Wathan atau H.W.
KH Ahmad Dahlan bukan hanya memperjuangkan pembaharuan Islam di Indonesia. Beliau juga dikenal karena jasanya demi kemajuan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya.
Saat menyebarkan ajaran Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan juga meminta rakyat Indonesia untuk mempelajari banyak hal dan menyadari nasibnya sebagai bangsa yang terjajah.
Beliau mulai mengejar kemajuan dan kecerdasan rakyat tanpa melupakan dasar dari Islam dan iman. KH Ahmad Dahlan juga ingin para wanita Indonesia mulai mengenyam pendidikan sehingga bisa setara dengan para pria.
Gagasan-gagasan ini menjadi poin penting dalam memajukan bangsa Indonesia. Hal ini tercantum dalam Keputusan Presiden No. 657 Tahun 1961, yang menjadi surat keputusan Pemerintah Indonesia menganugerahkan KH Ahmad Dahlan gelar kehormatan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Perjuangan KH Ahmad Dahlan meninggalkan jejak yang abadi dalam memajukan umat Islam dan membangun bangsa Indonesia. Beliau tetap menjadi sosok yang dihormati dan dikenang sebagai tokoh terkemuka dalam perjalanan panjang Indonesia.
-
Ferenc Puskas, Legenda Real Madrid dari Hungaria
Julukan Pancho dan Canoncito pum melekat di namanya. Di Real Madrid, 242 gol berhasil ia cetak dari 262 pertandingan yang dilakoninya.
Meskipun bergabung bersama Real Madrid di usia yang sudah cukup berumur, ia justru berhasil menjadi salah satu legenda yang sampai saat ini masih dikenang oleh para penggemar Real Madrid.
Ia adalah Ferenc Puskas, seorang pesepakbola asal Hungaria yang juga membela tim nasional sepakbola Spanyol.
Perjalanan dan Keberhasilan Puskas Menjadi Bintang Real Madrid
Nama Ferenc Puskas memang tak bisa lepas dari keberhasilan Real Madrid dalam dunia sepak bola. Bergabung saat usianya menginjak 31 tahun, Puskas berhasil membuktikan diri sebagai penyerang terbaik Real Madrid di era tahun 1950 sampai 1960-an.
Hadirnya Puskas semakin melengkapi kekuatan Real Madrid yang saat itu beranggotakan Alfredo Di Stefano, Hector Rial, Raymond Kopa, Paco Gento, Jose Santamaria, dan Rogelio Dominguez.
Secara fisik, Puskas memiliki perawakan yang tak sama seperti pemain sepak bola pada umumnya. Ia hanya memiliki tinggi badan 172 cm, bukan tinggi yang ideal untuk ukuran seorang pesepakbola Eropa.
Badannya terbilang gemuk. Namun itu semua tidak menjadi penghalang bagi Puskas untuk beraksi di atas lapangan hijau. Don’t judge a book by its cover.
Puskas justru dikenal sebagai pemain yang punya kecepatan dan agresivitas yang tinggi. Tak heran jika pada akhirnya Puskas berhasil mencetak banyak gol selama berkarier di dunia sepakbola.
Perjalanan menarik Puskas di dunia sepakbola terjadi di tahun 1956. Saat itu, ia meninggalkan negaranya saat terjadi Revolusi Hungaria.
Puskas yang sedang melakukan tur mancanegara bersama Budapest Honved FC, nekat memilih untuk tidak pulang. Dari Spanyol ia pergi ke Italia, lalu lanjut ke Portugal. Pilihannya berakhir saat Puskas memutuskan mencari klub baru di Italia.
Apa yang dilakukan Puskas dianggap tak menghormati kontraknya dengan Budapest Honved FC dan bertentangan dengan peraturan UEFA.
Ia pun mendapatkan larangan untuk melakukan pertandingan selama dua tahun. Karier Puskas nyaris tamat, tak ada klub yang mau menerimanya dengan konsekuensi tersebut. Belum lagi usianya yang akan menginjak 31 tahun, jelas bukan usia muda untuk pemain sepak bola.
Puskas kemudian memilih untuk hidup seadanya dan pasrah dengan keadaan. Seperti mayat hidup, Puskas menjalani hidupnya tanpa semangat hingga akhirnya lemak tertimbun di tubuhnya. Jika sudah seperti ini, klub mana lagi yang mau menerima Puskas?
Nyatanya, nasib buruk tak selamanya berpihak pada Puskas. Santiago Bernabeu, boss dari Real Madrid, tiba-tiba mengulurkan tangannya pada Puskas dan menawarinya $100.000 untuk bermain di Real Madrid.
Dengan kondisi fisiknya yang seperti itu, Puskas jelas tak percaya diri dengan tawaran yang ada. Bernabeu tak peduli dengan pendapat Puskas, ia hanya ingin Puskas kembali bugar dan segera bermain di Real Madrid.
Tak ingin mengecewakan harapan Bernabeu, Puskas pun langsung berlatih giat agar tubuhnya kembali ideal dan langsung bergabung dengan Real Madrid.
Kehadiran Puskas memang membuat Real Madrid mencapai masa keemasannya. Bersama para pemain bintang lainnya, Puskas sukses meraih 3 trofi European Cup dan 5 trofi Liga Champions secara beruntun. Pencapaian yang sangat menakjubkan, yang bahkan belum bisa ditandingi hingga saat ini.
Saat itu, Real Madrid memang lebih sering menerapkan formasi 3-2-2-3 atau 3-2-5. Biasanya posisi penyerang tengah akan ditempati oleh Alfredo Di Stefano, sedangkan Paco Gento akan berada di kiri.
Sementara itu Puskas akan berada di belakang Alfredo Di Stefano. Trisula Real Madrid ini selalu sukses membuat lawan ketar-ketir.
Salah satu bukti nyata kehebatan trisula ini adalah saat Real Madrid berhadapan dengan Eintracht Frankfurt dalam final Liga Champions yang berlangsung pada 18 Mei 1960 lalu.
Pertandingan ini digadang-gadang sebagai salah satu pertandingan terbaik sepanjang masa, yang disaksikan oleh 127.000 penonton.
Puskas, Di Stefano, dan Gento berhasil menunjukkan penampilan terbaiknya dengan skor akhir 7-3 yang dibawa pulang oleh Real Madrid. Gol tersebut adalah hasil hat-trick dari Di Stefano, serta quat-trick dari Puskas.
Sementara itu, Gento hadir sebagai pengemas asis untuk Puskas dan Di Stefano. Keberhasilan trio penyerang ini memang membuat nama Puskas, Gento, dan Di Stefano dinobatkan sebagai trisula striker terbaik Liga Champions musim 1959/1960.
Sepanjang kariernya di Real Madrid, Puskas memang selalu berusaha memberikan penampilan dan kemenangan terbaiknya.
Selain Liga Champions dan European Cup, Puskas juga membawa pulang satu Copa del Rey dan satu Piala Intercontinental. Di musim terakhirnya tahun 1966 lalu, Puskas memutuskan untuk pensiun.
Awal Perjalanan Karir Puskas Sebagai Pesepakbola
Jika kita flashback ke masa lalu, Puskas sebenarnya memulai kariernya di Hungaria, atau lebih tepatnya di ibukota Hungaria yaitu Budapest.
Budapest Honved FC pun menjadi klub yang berhasil membesarkan namanya sejak awal mula bergabung di tahun 1943. Di klub ini, Puskas melakoni 349 pertandingan yang membuatnya berhasil mencetak 358. Ia kemudian keluar dari Budapest Honved FC pada tahun 1956.
Tak hanya fokus berkarier di Budapest Honvéd FC, Puskas juga melakoni kariernya di Timnas Hungaria.
Sepanjang kariernya, ia berhasil mencetak 84 gol dan membawa pulang medali emas pada Olimpiade 1952. Tahun 1945 hingga 1956 pun menjadi masa-masa emas Puskas berkarier sebagai anggota Timnas Hungaria.
Puskas berhasil membuktikan kehebatannya bukan hanya sebagai pemain, namun juga sebagai pemimpin Timnas Hungaria.
Gaya kepemimpinannya memang terbilang tegas. Ia tak sungkan untuk berteriak keras di lapangan jika ada anggotanya yang melakukan kesalahan. Bahkan Puskas dengan keras kepalanya akan mengabaikan perintah dari pelatihnya dan memilih untuk menyampaikan pemikirannya saat itu juga.
Karena kemampuannya, rekan-rekannya pun lebih memilih untuk mempercayai Puskas dibandingkan sang pelatih.
Satu momen paling diingat adalah saat Puskas menemani Timnas Hungaria melawan Inggris di Stadion Wembley pada 25 November 1953. Saat itu, sebagian besar pemain Hungaria terlihat takut dan tak percaya diri.
Mereka banyak menghabiskan waktu dengan cara berdiam diri dalam perjalanan ke Stadion Wembley.
Melihat hal itu, Puskas mencoba mengembalikan kepercayaan diri rekan-rekannya dengan cara menimang-nimang bola di tengah lapangan.
Aksi kapten Hungaria ini jelas mencuri perhatian 105.000 penonton yang memadati Stadion Wembley. Tak hanya itu, kepercayaan diri pemain Hungaria langsung naik sedangkan arogansi pemain Inggris seketika pudar.
Alhasil, Hungaria berhasil menang dengan skor 6-3 atas Inggris. Dua gol yang dicetaknya menjadi bukti bahwa Puskas sukses mengangkat moral Timnas Hungaria.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Puskas melanjutkan kariernya di Real Madrid pada tahun 1958.
Tak berhenti sampai situ saja, Puskas juga menjalani kariernya di Timnas Spanyol sejak tahun 1961. Tak seperti karier lainnya yang ciamik, di sini kemampuan Puskas justru melemah.
Setelah usianya memasuki 34 tahun, Puskas menjalani 4 pertandingan namun tak ada satupun gol yang berhasil ia cetak.
Saat akhirnya berusia 39 tahun, Puskas memutuskan untuk pensiun dari dunia sepak bola. Namun, rupanya ia hanya pensiun sebagai pemain. Puskas melanjutkan kariernya sebagai pelatih di beberapa klub terkenal, terhitung mulai tahun 1967.
San Francisco Golden Gate Gales, Yunani Panathinaikos, Colo-Colo, Timnas Arab Saudi, South Melbourne Hellas, dan Timnas Hungaria adalah sejumlah nama klub yang dilatih oleh Puskas.
Untuk Yunani Panathinaikos, Puskas berhasil membawanya masuk ke babak final European Cup pada tahun 1971.
17 November 2006 lalu, Puskas menghembuskan nafasnya untuk yang terakhir kalinya. Sebagai salah satu pesepak bola terbaik di dunia, Puskas mendapatkan penghormatan bak pahlawan yang dilakukan di Stadion Nasional.
Tak hanya itu, namanya juga diabadikan menjadi Stadion Puskas Ferenc yang terletak di Budapest, Hungaria.
-
Bobby Charlton, Manchester United dan Tragedi Munich
Tragedi Munich menyisakan luka mendalam bagi Manchester United dan para penggemarnya.
Sebanyak delapan pemain muda berbakat menjadi korban kecelakaan yang tak bisa dihindari. Bobby Charlton, salah satu pemain Manchester United yang selamat, menjadi saksi hidup atas tragedi mengerikan tersebut.
Bobby Charlton Berhasil Selamat dari Tragedi Kecelakaan Pesawat Mengerikan
6 Februari 1958 menjadi salah satu tanggal paling kelam bagi Manchester United.
Pesawat Airspeed Ambassador milik British European Airways yang ditumpangi oleh para pemain Manchester United, terjatuh tepat setelah pesawat lepas landas dari Bandara Munich, Jerman.
Padahal, saat itu Manchester United baru saja dinyatakan lolos ke babak semifinal European Cup setelah menang melawan Red Star Belgrade di Yugoslavia.
Peristiwa kelam ini bermula saat pesawat akan melakukan perjalanan dari Yugoslavia ke Manchester, Inggris. Saat itu, pesawat melakukan transit di Bandara Munich, Jerman, untuk mengisi bahan bakar.
Setelah selesai, pesawat mencoba melakukan lepas landas namun terus menerus mengalami kegagalan.
Hal ini disebabkan kondisi lapangan yang sedang tidak ideal untuk melakukan penerbangan mengingat Munich baru saja mengalami badai salju.
Meski disarankan untuk bermalam sambil menunggu badai salju mereda, sang pilot menolaknya karena tak ingin ketinggalan jadwal pertandingan selanjutnya.
Hingga akhirnya, sang pilot bersikeras terus melakukan upaya lepas landas. Saat melakukannya untuk yang ketiga kalinya, pesawat justru menabrak bangunan dan pagar yang ada di sekitar bandara. Tepat setelah itu, pesawat meledak.
Sebanyak delapan pemain muda Manchester United turut menjadi korban dari kecelakaan tersebut.
Mulanya, hanya tujuh pemain yang dinyatakan meninggal dunia di lokasi kejadian. Satu pemain lainnya menyusul setelah dua minggu menjalani perawatan akibat cedera parah yang dialaminya.
Sembilan pemain serta seorang pelatih Manchester United dinyatakan selamat meskipun harus mengalami perawatan serius selama berminggu-minggu.
Salah satu pemain yang selamat adalah Bobby Charlton, yang saat itu baru menjalani masa debut 18 bulan. Charlton beruntung karena saat itu berada di kursi belakang pesawat dan diselamatkan oleh Harry Gregg.
Meski demikian, ia tetap mengalami trauma mendalam atas tragedi mengerikan yang menimpa rekan-rekan seperjuangannya.
Charlton yang menjadi saksi hidup peristiwa tersebut, mau tak mau tetap harus melanjutkan karirnya di Manchester United.
Perjalanan Bobby Charlton Bersama Setan Merah dari Inggris
Sebenarnya Charlton sudah resmi direkrut oleh Manchester United saat berusia 15 tahun.
Saat itu, kemampuannya dalam bermain sepakbola ditemukan oleh Joe Armstrong, seorang pencari bakat untuk Manchester United. Tak perlu menunggu lama, Charlton langsung mendapatkan kontraknya untuk mulai bergabung dengan Manchester United.
Namun, kontrak profesionalnya baru bisa ditandatanganinya saat usia Charlton memasuki 17 tahun, yaitu pada Oktober 1954.
Setelah bergabung pun Charlton belum bisa langsung bermain dalam pertandingan resmi. Sir Matt Busby selaku sang pelatih, menilai Charlton masih perlu mendapatkan gemblengan kuat dari Jimmy Murphy yang terkenal kegalakan dan ketegasannya dalam melatih.
Charlton pun memulai masa trialnya dengan cara tinggal di suatu ruangan kecil berisi tempat tidur bermuatan dua orang. Ia berlatih sepenuh hati hingga berubah menjadi pribadi yang lebih kuat dan siap bertanding.
Perjuangannya tak sia-sia. Charlton mendapatkan kesempatan melakukan debutnya saat Manchester United berhadapan dengan Charlton Athletic pada 6 Oktober 1956.
Meskipun ini pertandingan perdananya, namun Charlton sudah berhasil mencetak dua gol yang mengantar Manchester United pada kemenangan.
Tak perlu menunggu waktu lama, Charlton berhasil menjadi salah satu pemain berbakat yang dimiliki Manchester United.
Ia tergabung dalam anggota Busby Babes, para pemain berbakat di bawah pelatih Sir Matt Busby pada era 50-60an. Hingga akhirnya tragedi mengerikan tersebut terjadi, Charlton pun mengalami keterpurukan mendalam.
Saat akhirnya bangkit, Charlton berhasil membawa Manchester United kembali bersinar terang. Berkat usaha dan kerja kerasnya, Charlton membawa nama Manchester United menjadi klub top yang Inggris punya.
Tak hanya itu, Manchester United juga menjadi juara dari Piala FA 1963 serta berkesempatan mendapatkan empat gelar juara Charity Shield. Gelar European Cup pada tahun 1968 pun ikut dibawa pulang Manchester United setelah berhasil mengalahkan Benfica di final.
Hal ini tentu membanggakan mengingat Manchester United menjadi klub Inggris pertama yang berhasil menjadi juara di European Cup.
Peran Charlton pun tak tanggung-tanggung karena ia ikut ambil bagian dalam mencetak dua gol kemenangan. Trofi kemenangan diangkatnya tinggi-tinggi sebagai bukti keberhasilannya. Hingga kini, beragam prestasi membanggakan tersebut masih terpampang rapi dalam rak trofi yang ada di Old Trafford.
Menjadi Pemain Andalan Tim Nasional Inggris dan Memilih Hengkang dari Manchester United
Selain bermain bersama Manchester United, Charlton juga mendedikasikan dirinya untuk Timnas Inggris sejak tahun 1958. Banyaknya gol yang berhasil dicetaknya membuat Charlton menjadi salah satu pemain andalan Timnas Inggris.
Hal ini terbukti dari aksi ciamik yang dilakukan Charlton saat bermain di Piala Dunia 1966. Timnas Inggris berhasil menjadi juara dunia setelah mengalahkan Jerman Barat dalam laga final.
Sebagai pemain andalan, Charlton berhasil mencetak tiga gol sepanjang turnamen berlangsung.
Perjuangan Charlton dalam membela Manchester United maupun Timnas Inggris memang tak perlu diragukan lagi. Sebanyak 249 gol dari 758 pertandingan berhasil Charlton berikan untuk Manchester United.
Banyaknya gol yang dicetak Bobby Charlton membuatnya berhasil mendapatkan rekor salah satu pencetak gol terbanyak bagi Manchester United.
Sedangkan untuk Timnas Inggris, tercatat 49 gol yang berhasil Charlton berikan.
Tak heran jika pada akhirnya kerajaan Inggris sampai memberinya gelar Sir di depan namanya, sehingga namanya kini menjadi Sir Bobby Charlton.
Tak hanya itu, Charlton juga dinobatkan sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia sepanjang masa. Aksi-aksinya yang penuh stamina dan tendangannya yang keras, selalu sukses membuat para kiper ketar-ketir.
Meskipun banyak menorehkan prestasi membanggakan untuk Manchester United, pada tahun 1973 Charlton memutuskan untuk meninggalkan klub kesayangannya ini.
Karirnya berakhir setelah 17 musim berkiprah bersama Manchester United. Tepatnya pada 28 April 1973, Charlton mengakhiri karirnya saat Manchester United sedang menjamu Chelsea di Stadion Old Trafford.
Para penggemar Chelsea bahkan memberikan chant sebagai tanda penghormatan terakhir untuk Charlton.
Hengkangnya Charlton disinyalir akibat masa-masa suram yang sedang dihadapi Manchester United. Saat itu, Manchester United semakin sulit meraih prestasi-prestasi terbaiknya.
Manchester United juga mulai kehilangan para pemain terbaik yang selama ini memperkuat kejayaan klub Setan Merah tersebut.
Meski demikian, Charlton mengungkapkan alasan lain dari kepergiannya. Ia merasa tubuhnya sudah tidak sebugar dulu untuk membawa Manchester United kembali ke masa jayanya. Kepergian Charlton saat itu membuat masa emas Manchester United seolah sudah berakhir.
-
Keajaiban Kroasia di Piala Dunia
Spanyol, Prancis, Jerman, Argentina dan Brasil adalah jajaran tim kuat yang digadang-gadang akan menjadi juara Piala Dunia tahun 2018. Namun, diluar dugaan banyak pecinta sepakbola, Kroasia justru berhasil melenggang jauh menjadi salah satu peserta final untuk memperebutkan juara dunia.
Meski harus takluk di final dari Perancis dan hanya menjadi runner-up, ini adalah prestasi luar biasa Kroasia diluar dugaan banyak pecinta sepakbola. Capaian ini, menjadi kejutan di Piala Dunia yang akan diingat pecinta sepakbola sebagai sejarah.
Tergabung Bersama Tim Kuat Argentina di Fase Grup
Kroasia adalah sebuah negara kecil yang ada di benua Eropa, merupakan bagian dari pecahan Yugoslavia yang akhirnya merdeka sebagai sebuah negera pada 8 Oktober 1991.
Meski diperkuat nama-nama besar seperti Luka Modric, Mario Mandzukicdan Ivan Perisic, peta kekuatan Kroasia diatas kertas masih jauh dibawah tim-tim kuat Eropa lain seperti Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, Belgia dan lainnya. Apalagi jika tim-tim besar lain dari Amerika Latin seperti Brasil dan Argentina dimasukan ke dalam hitungan.
Tim nasional yang dinahkodai oleh Zlatko Dalic ini, pada fase-fase sebelumnya hanya lolos hingga babak fase grup. Namun di Piala Dunia 2018, mereka mencoba membuktikan bahwasannya Kroasia bukan hanya tim penggembira acara.
Di babak penyisihan awal, Kroasia tergabung dalam grup D yang terdiri dari Nigeria, Islandia, dan Argentina. Untuk pertandingan awal, Kroasia langsung dihadapkan dengan Nigeria. Sebagai negara yang punya sejarah panjang dengan sepakbola, Nigeria tentu bukan lawan yang bisa dikalahkan dengan mudah.
Pertandingan pembuka bagi kedua negara difase grup ini diadakan pada 17 Juni 2018 di Stadion Kaliningrad, Rusia.
Kedua tim sebenarnya sempat sama kuatnya di menit-menit awal pertandingan. Namun, ketika memasuki pertengahan babak pertama, pemain Kroasia mencoba memberikan tekanan. Sepak pojok yang diambil oleh Luka Modric langsung mendapatkan sundulan maut dari Ante Rebic di menit 32’.
Mario Mandzukic menyambutnya yang langsung melaju bebas menjebol gawang Nigeria. Gol yang tercatat sebagai gol bunuh diri tersebut pun membawa skor 1-0 yang terus bertahan hingga babak pertama berakhir.
Di babak kedua, Nigeria mencoba memberikan serangan balas dendam. Tapi yang terjadi di lapangan, Kroasia tampil semakin garang hingga membuat Nigeria kewalahan.
Saat mendapatkan tendangan penalti dari pemain Nigeria, Luka Modric justru berhasil mengelabui kiper Nigeria. Alhasil, Kroasia kembali unggul atas Nigeria. Skor akhir 2-0 terus bertahan hingga pertandingan selesai, yang membuat Kroasia berhasil memenangkan pertandingan dan mencuri 3 poin yang berharga.
Kemenangan atas Nigeria membuat Kroasia mendapatkan sedikit kepercayaan diri. Di pertandingan selanjutnya, Kroasia harus berhadapan dengan lawan tangguh Argentina yang digadang-gadang sebagai tim kuat juara yang diperkuat pemain-pemain bintang Seperti Lionel Messi, Sergio Aguero, Di Maria dan lainnya.
Di atas kertas, Argentina tentu di favoritkan memenangkan pertandingan ini. Pertandingan penyisihan kedua ini digelar pada 22 Juni 2018 di Stadion Nizhny Novgorod, Rusia.
Dengan formasi 4-5-1, Kroasia memilih bermain aman sejak peluit tanda dimulainya babak pertama berbunyi. Pertandingan baru berlangsung sengit saat menjelang berakhirnya babak pertama.
Lionel Messi dan kawan-kawan dengan gencar mencoba mencetak gol, namun masih berhasil digagagalkan para pemain Kroasi hingga akhirnya, skor berakhir imbang 0-0 untuk babak pertama.
Memasuki babak kedua, Kroasia mulai menunjukkan permainan menyerang. Ante Rebic berhasil menjebol gawang Argentina di menit 53’.
Luka Modric sebagai andalan tim pun ikut menggempur gawang Argentina di menit 80’, sekaligus menambah keunggulan menjadi 2-0.
Belum cukup sampai di situ, Ivan Rakitic sebagai pemain andalan Kroasia lainnya juga ikut menjebol gawang Argentina di menit 90’+1’ dan memantapkan keunggulan Kroasia menjadi 3-0. Hingga akhir pertandingan, Argentina tak mampu memberi gol balasan dan terpaksa takluk dengan skor telak 3-0.
Hasil ini tentu diluar prediksi banyak orang, tim calon kuat juara Argentina hasil takluk dengan 3 gol tanpa balas dari tim kuda hitam Kroasia.
Dua kemenangan yang berhasil dicapai dalam pertandingan melawan Nigeria dan Argentina, membuat Kroasia semakin percaya diri untuk menyapu bersih semua pertandingan di grup D.
Pada pertandingan penutup Kroasia harus menghadapi Islandia pada 27 Juni 2018 di Rostov Arena, Rusia. Dalam pertandingan kali ini sang nahkoda, Zlatko Dalic, banyak merotasi pemain untuk mengistirahatkan pemain inti karena sudah dipastikan akan lolos ke babak selanjutnya setelah mengumpulkan 6 poin dari hasil mengalahkan Nigeria dan Argentina.
Sejak peluit babak pertama berbunyi, kedua tim bersaing sengit untuk saling menggempur pertahanan. Islandia yang tak bisa dipandang remeh ternyata cukup merepotkan jajaran pemain Kroasia. Akibatnya, hingga babak pertama berakhir, skor kedua tim masih imbang 0-0.
Saat memasuki paruh kedua, Kroasia mulai memberikan tekanan maksimal ke jantung pertahanan Islandia. Alhasil, delapan menit setelah babak kedua dimulai, Milan Baldels berhasil menjebol gawang Islandia yang dijaga oleh Hannes Thor Halldorsson.
Saat pertandingan memasuki menit 72’, Islandia mendapat kejutan hadiah tendangan penalti setelah bola mengenai tangan pemain Kroasia, Dejan Lovren. Gylfi Sigurdsson sebagai eksekutor sukses memecah kebuntuan sekaligus menyamakan kedudukan menjadi 1-1.
Kroasia yang tak tinggal diam ternyata memberi kejutan saat memasuki injury time. Ivan Perisic melesatkan tendangan keras yang mengarah ke pojok dan berhasil menjebol gawang Islandia. Alhasil, hingga peluit babak kedua berbunyi, Islandia tak mampu membalas gol dan harus menerima kekalahan dengan skor akhir 2-1.
Harus Bermain Sampai Babak Adu Pinalti untuk Berebut Tiket ke Semifinal
Keberhasilan Kroasia menyapu bersih grup D mengantarkan mereka memasuki babak 16 besar. Mereka pun harus berhadapan dengan Denmark, tim penuh kejutan, pada tanggal 2 Juli 2018 di Nizhny Novgorod Stadium, Rusia.
Saat pertandingan belum genap berjalan satu menit, pemain Denmark yang bernama Mathias Jorgensen langsung menjebol gawang Kroasia yang saat itu dijaga oleh Danijel Subasic. Tak butuh waktu lama, Kroasia sebagai tim tak terkalahkan pada saat itu langsung membalas dengan sebuah gol lewat tendangan voli dari Mandzukic.
Memasuki babak kedua, Kroasia dan Denmark bersaing sengit. Kroasia yang merasakan kemudahan di tiga lawan sebelumnya, kali ini harus bersusah payah menaklukkan Denmark. Alhasil, hingga babak kedua selesai, tak ada gol yang berhasil tercipta.
Saat memasuki extra time, persaingan kedua tim benar-benar semakin alot. Akan tetapi, dua babak extra time rupanya belum cukup untuk membuahkan gol bagi kedua tim. Hingga akhirnya, pemenang pertandingan ini harus ditentukan melalui adu penalti.
Kroasia yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan langsung membombardir Denmark dengan gempuran gol melalui titik penalti. Dewi fortuna rupanya sedang memihak pada Kroasia. Alhasil, negara berjuluk Vatreni itu berhasil memenangkan pertandingan dengan skor akhir 3-2.
Kemenangan atas Denmark membawa Kroasia melaju ke babak perempat final dan harus menghadapi tim tuan rumah yaitu Russia. Kedua tim bertemu tanggal 8 Juli 2018 di Fisht Stadium, Sochi, Rusia.
Kroasia dan Rusia sama-sama bermain sengit sepanjang pertandingan berlangsung. Russia berhasil mencetak dua gol di menit 31’ dan 115’ berkat duo pemain andalannya, Denis Cheryshev dan Mario Fernandes. Sedangkan Kroasia berhasil menjebol gawang Rusia di menit 39’ dan 101’ lewat sontekan dari Andrej Kramaric dan Domagoj Vida.
Pertandingan perebutan tiket semifinal ini juga membuat Kroasia harus bersusah payah karna penentuan pemenang harus melalui skema adu penalti.
Perjuangan mati-matian tim Kroasia akhirnya terbayar tuntas setelah 4 dari 5 penendang pinalti Kroasia, Marcelo Brozovic, Luka Modric, Domagoj Vida, dan Ivan Rakitic berhasil mencetak gol penalti. Sedangkan Rusia hanya berhasil mencetak 3 pinalti dari jatah 5 kesempatan yang diberikan.
Kroasia pun dinyatakan lolos ke babak semifinal dengan Inggris sebagai lawan bermainnya.
Berhasil Menang atas Inggris di Semifinal, Namun Harus Puas Sebagai Runner-up
Perjalanan Kroasia menuju panggung final masih terbuka. Akan tetapi, untuk merebut tikel ke perandingan final, Kroasia harus berhadapan dengan tim unggulan Inggris. Pertemuan keduanya terjadi tanggal 12 Juli 2018 di Stadion Luzhniki, Rusia.
Sejak awal pertandingan, Inggris tampil dominan hingga memberi kejutan di menit ke lima berupa gol cantik dari bek kanan andalan mereka, Kieran Trippier, yang tak mampu ditepis kiper Kroasia, Dominik Livakovic.
Tim Kroasia akhirnya berhasil menyaman kedudukan di menit 68’ setelah Ivan Perisic berhasil membobol gawang Inggris yang dijaga ketat oleh Pickford.
Hasil imbang 1-1 akhirnya memaksa kedua tim untuk bertanding di waktu extra time. Mandzukic yang tidak mau menyiakan kesempatan akhirnya turut andil menjebol gawang Inggris di menit 109’, sekaligus menambah keunggulan Kroasia menjadi 2-1.
Skor 2-1 bertahan hingga peluit berakhirnya pertandingan berbunyi. Ini artinya, Kroasia berhasil mendapatkan tiket untuk melaju ke babak final Piala Dunia 2018.
Perjalanan Kroasia ke babak final terasa begitu sulit. Mereka harus berjibaku menghadapi tim-tim papan atas untuk sampai bisa ke titik ini. Bahkan, prestasi Kroasia masuk babak final jadi rekor pertama kalinya dalam sejarah sejak negara tersebut berpartisipasi di Piala Dunia tahun 1998 silam.
Dalam pertandingan final pun rasanya tak mudah karena Kroasia harus berhadapan dengan tim Prancis yang difavoritkan menjadi memenangkan pertandingan tersebut dan keluar sebagai juara.
Meskipun begitu, melihat kejutan-kejutan yang dilakukan Rusia pada pertandingan-pertandingan sebelumnya, rasanya terlalu tergesa-gesa untuk langsung menjagoka Perancis di pertandingan yang berlangsung pada 15 Juli 2018
Meskipun mendominasi laga, tim Kroasia justru mendapatkan serangan balik-serangan balik efektik yang berbahaya dari Perancis. Pertandingan ini harus berakhir dengan skor 4-2 untuk kemenangan Prancis, sekaligus membuat Perancis keluar sebagai juara Piala Dunia tahun 2018.
Meski demikian, perjuangan tim Kroasia hingga sampai pertandingan final benar-benar layak berhasil mencuri perhatian banyak pecinta sepakbola. Diluar prediksi banyak orang, tim yang awalnya sebagai tim hiburan ini justru bisa melenggang sampai partai final.
Capaian ini akan membekas di ingatan pecinta sepakbola dunia, dimana ada tim kuda tim dari sebuah negara kecil bernama Kroasia, berhasil mencatat sejarah hingga masuk ke babak final dan keluar sebagai runner up ajang olahraga paling bergensi di dunia.
-
Uruguay dan Juara Piala Dunia untuk Pertama Kali
Jika bicara mengenai kejuaraan Piala Dunia sepakbola, belakangan kita cenderung lebih mudah mengingat tim nasional Brasil, Italia, Jerman, Inggris dan Argentina. Banyak bintang besar sepakbola lahir dari negara-negara tersebut.
Jika dibandingkan dengan negara-negara tersebut, Uruguay mungkin masih belum sepopuler negara tersebut, meski pada kenyataannya banyak pemain-pemain bintang besar juga lahir dari Uruguay, misalnya Recoba, Diego Forlan, Cavani hingga Luis Suarez.
Meskipun masih kalah populer dibanding negara-negara sepakbola eropa seperti Inggris, Perancis, Jerman dan Spanyol, ataupun masih kalah populer dengan negara tetanggan satu benua seperti Argentina dan Brasil, kiprah Uruguay di sepakbola dunia tidak bisa dipandang sebelah mata.
Dalam banyak edisi Piala Dunia yang diselenggarakan, Uruguay hampir selalu bisa menunjukkan performa-performa apik untuk bersaing dengan negara-negara kuat sepakbola tersebut. Bahkan fakta menariknya adalah, Uruguay merupakan juara pertama Piala Dunia dalam sejarah.
Piala Dunia Sepakbola Diselenggarakan Pertama Kali untuk Mempertemukan Banyak Negara
Tahun 1930 menjadi tahun bersejarah bagi perhelatan Piala Dunia. Untuk pertama kalinya, pertandingan yang menjadi ajang sepak bola paling bergengsi di dunia ini digelar. Uruguay, sebuah negara kecil di Amerika Latin, ditunjuk sebagai tuan rumah pertandingan akbar tersebut.
Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat saat itu Uruguay baru saja mempertahankan gelar juara sepak bola di Olimpiade Amsterdam 1928.
Piala Dunia pertama ini diselenggarakan selama 18 hari terhitung dari tanggal 13-30 Juli 1930. Diikuti oleh 13 negara, ajang sepak bola ini terbagi dalam empat grup.
Grup pertama terdiri dari Argentina, Chili, Perancis, dan Meksiko. Grup kedua terdiri dari Yugoslavia, Brazil, dan Bolivia. Grup ketiga terdiri dari Uruguay, Rumania, dan Peru. Sedangkan grup terakhir terdiri dari Amerika Serikat, Paraguay, dan juga Belgia.
Berdasarkan aturan dari FIFA, Piala Dunia saat itu tak melewati fase kualifikasi. Masing-masing juara dari setiap grup otomatis akan langsung lolos ke babak semifinal. Dari masing-masing grup tersebut, lahirlah empat tim jagoan yaitu Uruguay, Yugoslavia, Argentina, dan Amerika Serikat.
Maju ke Final Dengan Kemenangan Meyakinkan di Fase Grup dan Semifinal
Sebagai tuan rumah, Uruguay memastikan diri lolos ke babak semifinal setelah menang telak 4-0 atas Rumania. Gol dari Pablo Dorado, Hector Scarone, Peregrino Anselmo, dan juga Jose Pedro Cea menjadi pengantar kemenangan besar tersebut. Di pertandingan sebelumnya, Uruguay mengalahkan Peru dengan skor akhir 1-0 berkat gol tunggal Hector Castro.
Di babak semifinal Uruguay harus bertemu dengan Yugoslavia, juara dari grup 2, yang baru saja mengalahkan Brasil dengan skor 2-1 dan Bolivia dengan skor 4-0. Gol ciamik dari Ivan Bek, Blagoje Marjanovic, serta Dorde Vujadinovic menjadikan bukti bahwa tim nasional Yugoslavia bukanlah tim kaleng-kaleng.
Meski demikian, kekuatan Yugoslavia saat memporak-porandakan grup 2 tak lantas membuat nyali tim nasional Uruguay ciut. Dalam pertandingan yang berlangsung 27 Juli 1930 di Estadio Centenario, Montevideo, tim Uruguay berjuang mati-matian untuk mendapatkan tiket menuju final Piala Dunia.
Yugoslavia yang sebelumnya tampil garang dan penuh percaya diri, kali ini harus gigit jari karena dibantai oleh tim Uruguay
Di menit awal pembuka, Yugoslavia memang berhasil mencetak gol dari Vujadinovic. Tapi siapa sangka, gol tersebut justru membuat tim Uruguay langsung bangkit dan terpacu untuk membalikkan keadaan.
Satu gol balasan dari Jose Pedro langsung dicetak di menit 18’. Tak berhenti sampai di situ, Jose Pedro kembali mencetak gol di menit 67’ dan 72’. Peregrino Anselmo dan Santos Iriarte pun ikut menyumbang gol yang semakin menggempur pertahanan diri Yugoslavia.
Pada akhirnya, Yugoslavia harus tersingkir dalam perebutan tiket ke final setelah kalah dari Uruguay dengan skor akhir 6-1.
Memperebutkan Gelar Juara Bersama Dengan Raksasa Sepabola Amerika Latin Lainnya
Di partai semifinal yang lain, Argentina dipertemukan dengan Amerika Serikat pada 26 Juli 1930.
Argentina berhasil menggempur habis-habisan Amerika Serikat dengan serangkaian gol ciamik yang langsung membuat para pemain Amerika Serikat mati kutu. Alhasil, Argentina pun mendapatkan kesempatan untuk melaju ke pertandingan final.
tim nasional Uruguay dan Argentina pun dipertemukan dalam pertandingan final untuk memperubatkan gelar juara dunia.
Pertandingan ini bukan hanya sekedar final biasa bagi Uruguay, namun juga ajang untuk kembali membuktikan diri tim Uruguay. Mengingat status Uruguay saat itu sebagai tuan rumah sekaligus juara dari Olimpiade 1928 untuk cabang sepakbola.
Bagaimanapun, ini menjadi beban tersendiri bagi tim nasional Uruguay, apalagi disaksikan langsung oleh para warga Uruguay yang menantikan kemenangan.
Pertandingan final ini pun digelar tanggal 30 Juli 1930 pukul 14.15 waktu setempat di Estadio Centenario, Montevideo. Pertandingan bersejarah ini disaksikan oleh 68.346 penonton yang siap menjadi saksi sejarah kemenangan pertama Piala Dunia.
Pertandingan langsung berjalan panas sejak peluit tanda permainan dimulai, dibunyikan.
Tanpa menunggu waktu lama, pemain Uruguay, Pablo Dorado, langsung menjebol gawang Argentina di menit 12’. Seperti mendapatkan cambukan keras, tim Argentina langsung membalas lewat tendangan keras dari Carlos Peucelle dan Guillermo Stabile. Alhasil, Argentina unggul di babak pertama dengan skor 2-1.
Memasuki babak kedua, Uruguay mengatur strategi untuk membalikkan keadaan. Sejak awal, Uruguay terus memberikan serangan sengit. Gol dari Jose Pedro pun berhasil menjebol gawang Argentina.
Skor pertandingan menjadi imbang, membuat Uruguay yakin bisa memenangkan pertandingan. Terbukti, memasuki menit ke 68’ tendangan Santos Iriarte berhasil menjebol gawang Argentina.
Tak berhenti sampai di situ saja, Uruguay kembali mencetak gol spektakuler di menit 89’. Kali ini, sundulan maut dari Hector Castro berhasil membuat Uruguay unggul dua gol dan hampir pasti mengunci kemenangan.
Dua gol ciamik ini juga disambut meriah oleh para pendukung Uruguay yang menantikan kemenangan tim kesayangannya.
Gol dari Hector Castro pun menjadi penutup pertandingan final dari dua negera Amerika Latin di Piala Dunia 1930. Uruguay dinobatkan sebagai juara pertama dalam sejarah Piala Dunia. Uruguay berhasil membuktikan bahwa tim mereka pantas untuk bersanding dengan tim hebat dari negara-negara lainnya.
Memilih Absen di Dua Piala Dunia Selanjutnya Sebagai Bantuk Protes Balik Terhadap Negara Eropa
Di Piala Dunia tahun-tahun berikutnya (tahun 1934 dan 1938), Uruguay menolak untuk berpartisipasi dalam pertandingan. Meskipun menyandang status sebagai juara bertahan dan jadi tim yang diunggulkan, nyatanya Uruguay enggan berpartisipasi.
Hal ini karena Uruguay melakukan aksi boikot balik. Karena sebelumnya, beberapa negara Eropa enggan berpartisipasi di ajang Piala Dunia yang diadakan di benua Amerika Selatan, kali ini Uruguay membalasnya. Mereka pun berbalik enggan berpartisipasi di Piala Dunia yang diadakan di Italia dan Prancis.
Tim nasional Uruguay baru kembali berpartisipasi di ajang Piala Dunia 1950 yang diadakan di Brasil. Hebatnya, Uruguay berhasil kembali menjadi juara meskipun sebelumnya absen dua kali.
Piala Dunia yang digelar pertama kali di Uruguay menjadi cikal bakal kompetisi sepak bola antar negara dan masih berlanjut sampai saat ini. Ajang paling bergengsi di dunia ini selalu ditunggu banyak penggemar.
-
Menanti Kejutan Sepakbola Korea Selatan
Bagi sebagian masyarakat dunia, Korea Selatan mungkin lebih dikenal dengan kultur-kultur pop lewat drama korea atau musik k-pop, bagi sebagian lain, mungkin lebih mengenal Korea Selatan lewat perusahaan-perusahaan teknologi besarnya seperti Samsung, Hyundai dan lain-lain.
Di sisi yang lain, sebenarnya ada cerita-cerita beberapa orang yang mencintai sepak bola dari Korea Selatan, mencoba menarik perhatian pecinta sepakbola dunia dan mencatat sejarah bagi sepakbola Asia.
Berhasil Menjadi Keluar Sebagai Juara dari Grup Dengan Persaingan Ketat
Mulanya, tim nasional sepak bola Korea Selatan memang tak terlihat menonjol. Sejak awal diadakannya Piala Dunia, namanya tak ada dalam daftar negara pemain. Pernah hanya sekali tampil di tahun 1954, itupun hanya lolos hingga fase grup dan berakhir di posisi 16. Setelah itu Korea Selatan selalu absen.
Hingga akhirnya di tahun 1986, Korea Selatan kembali memasuki fase grup. Tahun-tahun berikutnya (1990, 1994, 1998) pun sama, Korea Selatan hanya mampu bersaing hingga masuk fase grup. Sedikit demi sedikit memang mulai ada perubahan untuk sepakbola Korea Selatan, meski belum signifikan.
Namun siapa sangka, saat Piala Dunia tahun 2002 keadaan langsung berbalik total. Jika di edisi-edisi sebelumnya, Korea Selatan hanya selalu gugur di fase grup, pada Piala dunia tahun 2022 mereka justru berhasil melanggeng jauh hingga babak semifinal.
Hal ini berada diluar prediksi banyak orang.
Sebelum Piala Dunia dimulai, Korea Selatan yang saat itu juga menjadi tuan rumah bersama dengan Jepang memang melakukan persiapan yang cukup matang untuk edisi Piala Dunia tersebut. Guus Hiddink, pelatih terkenal asal Belanda yang malang melintang di berbagai klub top Eropa ditunjuk sebagai pelatih berpengalaman yang akan menukangi tim.
Di fase grup, Jepang mendapati ujian yang cukup berat karena saat itu Korea Selatan harus menempati grup yang berisi tim kuat seperti Amerika Serikat, Polandia, dan Portugal.
Dengan komposisi ini, tentu Korea Selatan tidak menjadi tim favorit yang akan lolos ke fase selanjutnya, karena mengingat pada edisi-edisi Piala Dunia sebelumnya, Korea Selatan belum pernah lolos ke babak 16 besar.
Diluar dugaan, di fase grup ternyata Korea Selatan langsung mengalahkan Polandia dengan skor akhir 2-0. Pada pertandingan selanjutnya, Korea Selatan berhasil menahan imbang Amerika Serikat dengan skor akhir 1-1.
Terakhir, tim kuat Portugal juga takluk atas Korea Selatan dengan skor akhir 1-0. Dengan demikian, Korea Selatan langsung lolos ke fase gugur dengan raihan 7 poin. Memuncaki klasemen, unggul 3 poin dari Amerika Serikat yang berada pada peringat kedua.
Menjadi Tim Asia Pertama yang Melanggeng Hingga ke Babak Semifinal Piala Dunia
Perjuangan Korea Selatan belum selesai, justru baru saja dimulai. Di babak 16 besar, mereka langsung dihadapkan dengan tim nasional Italia yang terkenal langganan juara. Nama-nama besar seperti Totti, Paolo Maldini, serta Buffon pun menghantui langkah Korea Selatan untuk mengalahkan Italia.
Namun siapa sangka, Italia justru berhasil dikalahkan. Skor akhir 2-1 jadi saksi kehebatan tim nasional Korea Selatan hari itu.
Di babak perempat final, Korea Selatan berhadapan dengan kekuatan sepakbola Eropa lainnya, Spanyol. Adu penalti menyelamatkan Korea Selatan hingga akhirnya mampu melaju ke babak semifinal.
Masuknya Korea Selatan dalam babak semifinal menjadi raihan terbaik tim nasional sepakbola asal Asia yang belum terpecahkan hingga saat ini. Capaian ini, membuat seluruh masyarakat Asia ikut bangga, mengingat biasanya sepakbola Asia selalu berada dibawah tim nasional dari Eropa, Amerika Latin, hingga Afrika.
Di babak semifinal, Korea Selatan dihadapkan dengan Jerman. Namun sayang, langkahnya berhenti karena kalah skor 0-1. Gol tunggal dari Michael Ballack membuat mimpi Korea Selatan untuk melangkah ke partai puncak Piala Dunia terhenti. Alhasil, Korea Selatan hanya mampu menduduki peringkat ke-4.
Perjalanan Korea Selatan di Edisi-Edisi Piala Dunia Selanjutnya
Kegagalan Korea Selatan mencapai babak final tak lantas membuat semangat mereka padam begitu saja. Mereka terus berusaha memberikan hasil terbaik di Piala Dunia tahun-tahun berikutnya.
Piala Dunia tahun 2006 lalu, Korea Selatan berhasil mewakili Asia dengan prestasi terbaiknya. Sayangnya, mereka hanya lolos hingga fase grup. Rupanya Swiss berhasil menggagalkan Korea Selatan saat tanding di pertandingan terakhir fase grup. Padahal saat itu Korea Selatan hanya butuh hasil seri dari Swiss, mengingat di pertandingan awal mereka sudah mengumpulkan 4 poin.
Empat tahun kemudian, Korea Selatan berhasil mencapai babak 16 besar Piala Dunia 2010. Mereka berhadapan dengan Uruguay, namun harus kalah dengan skor akhir 1-2. Meski sempat tampil ciamik, Korea Selatan belum berhasil mengalahkan Uruguay. Gol Luis Suarez di 10 menit terakhir juga menjadi salah satu penyebab kekalahan Korea Selatan.
Saat Piala Dunia 2014 berlangsung, tak ada perwakilan negara dari Asia yang berhasil meraih kemenangan. Korea Selatan pun lagi-lagi hanya lolos sampai babak fase grup.
Meski berhasil mengalahkan Rusia, namun mereka gagal mengalahkan Aljazair dan Belgia. Fase grup pun menjadi langkah terakhir Korea Selatan saat itu. Bagaimanapun, Korea Selatan menjadi negara terbaik di Asia yang mewakili Piala Dunia 2014.
Terakhir, saat berlangsungnya Piala Dunia tahun 2018 lalu. Lagi-lagi Korea Selatan gagal lolos ke fase grup. Padahal, saat itu Korea Selatan berhasil mengalahkan Jerman, yang merupakan tim juara edisi Piala Dunia.
Hasil ini membuat Korea Selatan gagal masuk ke babak 16 besar.
Menanti Kejutan-Kejutan Sepakbola Korea Selatan Selanjutnya
Korea Selatan berhasil mematahkan stigma bahwa sepak bola Asia tak lebih baik daripada sepak bola milik Eropa, Amerika Latin, dan juga Afrika. Meskipun negara-negara tersebut memiliki sejumlah nama besar yang bisa menciutkan nyali, nyatanya Korea Selatan justru melenggang bebas hingga babak 16 besar.
Meski akhirnya, Korea Selatan harus tersingkir di babak 16 besar karena kalah 4-1 dari tim kuat juara saat itu, Brasil.
Untuk level sepakbola Asia, tim nasional Korea Selatan bisa dibilang cukup sukses. Berdasarkan peringkat FIFA pada Oktober 2022, tim nasional sepak bola Korea Selatan ada di peringkat ke-28 dunia. Hanya berada dibawah Iran dan Jepang sebagai sesama negara Asia.
Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, sepakbola Korea Selatan terus tumbuh ke arah yang lebih baik, hal ini bisa dilihat dari banyaknya pemain sepakbola asal Korea Selatan yang bermain di klub-klub top Eropa, misalnya seperti Son Heung-min, Hwang Hee-chan, Kim-min Jae dan lainnya.
Dengan ini bukan tidak mungkin Korea Selatan bisa memberikan perlawanan kepada tim-tim sepakbola kuat Eropa, Amerika Latin dan Afrika. Jadi, mari kita tunggu kejutan-kejutan Korea Selatan selanjutnya!
-
Inggris, Penemu Sepakbola Modern
Jika mendengar sepak bola, kemungkinan besar yang muncul pertama kali di benak pecinta sepak bola dunia adalah Brasil.
Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat sejarah penjang raihan-raihan Brasil di pentas sepak bola dunia, baik raihan tim nasional Brasil di ajang-ajang sepabkola populer seperti Piala Dunia, maupun raihan-raihan individu legenda-legenda sepak bola asal Brasil di kancah sepak bola internasional.
Sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia, penduduk Brasil sangat mendewakan sepak bola. Tak hanya itu, banyak pesepakbola hebat yang lahir di Brasil. Sebut saja Pele, Ronaldinho, Kaka, Socrates, Zico, Ronaldo, Romario, Neymar, serta Rivaldo menjadi betapa banyak pemain besar lahir dari Brasil.
Namun, jika ditilik lebih dalam, sebenarnya Inggris punya cerita yang lebih jauh dan panjang tentang sepak bola.
Sejarah Panjang Permainan Sepakbola di Berbagai Negara
Jika kita menilik lebih jauh, maka akan menemukan fakta bahwa sebenarnya sepak bola sudah dimainkan sejak tahun 2500 sebelum masehi.
Saat itu beberapa negara seperti Tiongkok, Mesir, dan Italia bermain sepak bola di Mesir. Mereka memainkan bola yang terbuat dari linen, yang kemudian ditambah dengan kulit atau usus agar daya pantulnya bisa lebih tinggi. Sayangnya, sepak bola tersebut belum memiliki aturan yang jelas. Alhasil, permainannya pun cenderung berantakan.
Sejarah lain mengatakan sepak bola sudah populer di China pada abad ke-2 hingga ke-3, tepatnya 255-206 sebelum masehi. Orang-orang di sana memainkan bola yang terbuat dari kulit dengan jaring kecil yang dikenal dengan nama Tsu Chu.
Tsu artinya menerjang bola dengan kaki, sedangkan Chu artinya bola dari kulit yang ada isinya.
Namun, sepak bola di China awalnya justru dijadikan ajang untuk melatih fisik para tentara pada zaman Chun Qiu Zhan Guo.
Tak hanya China, Yunani pun menerapkan konsep yang sama. Tepatnya sejak tahun 800 SM, Yunani memainkan sepak bola yang dikenal dengan nama Episkyros yang artinya ‘bola umum’. Tujuannya sama; untuk melatih fisik para prajurit kerajaan.
Permainannya melibatkan dua tim yang saling memperebutkan satu bola. Bedanya, pemain Episkyros boleh menggunakan tangan saat bermain. Maka dari itu tak heran jika permainan bisa berlangsung keras dan cenderung brutal.
Namun, ada juga yang mengatakan bahwa sepak bola pernah dimainkan di Roma. Sama seperti sebelumnya, aturan yang ada belum jelas sehingga permainan berakhir kacau. Tak hanya itu, nyawa pun ikut terenggut jika sepak bola sudah dimainkan.
Inggris, Negara Penemu Sepakbola Modern untuk Pertama Kali
Memasuki abad ke-14, sepak bola mulai masuk ke Inggris. Olahraga ini menjadi sangat populer di kalangan masyarakat.
Namun, rupanya Raja Edward III melarangnya. Ia menganggap sepak bola adalah olahraga penuh kekerasan dan tindakan brutal. Saat pada akhirnya Raja Edward III mulai mengizinkan, Ratu Elizabeth justru melarangnya. Tak hanya melarang, Ratu Elizabeth juga memberikan sanksi berupa penjara bagi mereka yang masih bermain sepak bola.
Hingga akhirnya tahun 1680, Charles II mencabut larangan tersebut sehingga orang-orang bisa kembali bermain sepak bola. Saat itu, sepak bola bisa dimainkan dengan jumlah pemain yang tak terbatas. Lagi-lagi tak ada aturan yang jelas, pemain hanya tak boleh mengarah pada kekerasan. Siapa saja boleh ikut dalam olahraga ini. Akibatnya, kerusuhan terus saja terjadi tanpa terkendali.
Tahun demi tahun berlalu, hingga akhirnya masuk ke paruh kedua tahun 1800-an. Tahun tersebut adalah tahun mulai munculnya sepak bola modern dengan peraturan yang semakin diperbarui.
Mulanya, peraturan permainan masih saja berbeda, hingga akhirnya dibuat satu set peraturan yang dikukuhkan oleh Sheffield FC, klub tertua di dunia, pada tahun 1857.
Sayangnya, penerapannya masih saja berbeda-beda. Contohnya saja aturan Cambridge yang berbeda dengan aturan Sheffield. Beda tempat beda aturan, sehingga benar-benar menimbulkan kebingungan dan ketidaksepahaman antar pemain.
Peraturan pun semakin dimasak matang-matang. Hingga akhirnya pada tahun 1863, satu peraturan disepakati. Beberapa klub yang tergabung dalam 12 tim di London adalah orang-orang yang menyepakatinya. Mereka kebanyakan adalah mahasiswa Cambridge University yang peduli pada perkembangan sepak bola.
Berdirinya Asosiasi dan Federasi Sepakbola Resmi Dunia
Namun tentu saja peraturan tersebut tak langsung disepakati semua orang mengingat masih ada yang ingin bermain sepak bola dengan peraturan sendiri.
Alhasil, pertandingan masih saja berlangsung tanpa aturan yang sama. Akhirnya dibuatlah International Football Association Board (IFAB) pada tahun 1886 yang bertujuan mempertajam peraturan. 17 peraturan pun disahkan sehingga aturan semakin terlihat lebih jelas.
Tak hanya itu, mereka juga membuat asosiasi sepak bola Inggris yang kemudian dikenal dengan Football Association (FA). Diadakan juga turnamen sepak bola pertama yang disebut dengan FA Cup. Momen inilah yang membuat Inggris mulai dikenal sebagai negara yang pertama kali membuat beragam peraturan untuk sepak bola.
Beredarnya kabar persetujuan peraturan sepak bola pun mulai menyebar ke banyak negara di Eropa seperti Belanda, Spanyol, Prancis, serta Swedia.
Tak disangka, ternyata semakin banyak yang menjadi penikmat sepak bola. Tak nanggung-nanggung, penikmatnya bahkan sampai kancah internasional.
Maka dari itu, dibuatlah federasi sepak bola dari beberapa negara yang dikenal dengan nama Federation Internationale de Football Association (FIFA) pada 21 Mei 1904 di Paris, Prancis. Negara-negara tersebut adalah Prancis, Belgia, Belanda, Denmark, Swiss, Spanyol, dan juga Swedia.
Sejak adanya FIFA, harus diakui perkembangan sepak bola semakin pesat. Mulai banyak dibangun sistem dan struktur yang ditujukan untuk mendukung kompetisi yang berlangsung.
Berbagai liga dan kejuaraan pun mulai diselenggarakan, mulai dari tingkat nasional, kontinental, hingga dunia. Salah satunya adalah Piala Dunia yang pertama kali diadakan di Uruguay pada tahun 1930.
Seiring berkembangnya waktu dari masa ke masa, tentu semakin banyak perubahan peraturan yang terjadi. Namun, pada dasarnya peraturan sepak bola tetap mengacu pada konstitusi dan tujuan awal yang disepakati bersama.
IFAB masih menjadi penjaga dari Laws of the Game, sementara FIFA masih menaungi jalannya sepak bola dunia. Begitu pun dengan Inggris, akan selalu punya peran besar dalam berdirinya sepak bola meskipun bukan penemu ‘asli’ dari sepak bola.