Blog

  • Tangan Tuhan Maradona dan Luis Suarez

    Piala Dunia, sebagai salah satu ajang olahraga paling bergengsi di dunia, banyak melahirkan momen kontroversi yang bersejarah.

    Dua dari sekian banyak momen yang paling diingat oleh pecinta sepakbola adalah momen dimana Maradona mencetak gol menggunakan tangannya, kejadian ini kemudian dikenal dengan gol tangan tuhan. Lebih dari dua dekade setelahnya, kontroversi yang heroik serupa juga dilakukan Luis Suarez untuk menyelamatkan Uruguay.

    Goal Tangan Tuhan Diego Maradona yang Melegenda

    Sejak pertama kali digelar pada tahun 1930, Piala Dunia selalu berhasil menciptakan momen-momen bersejarah yang membekas bagi para pecinta sepakbola. Salah satunya adalah Gol Tangan Tuhan yang dilakukan oleh legenda sepak bola asal Argentina, Diego Armando Maradona Franco.

    Kejadian ini membuat namanya semakin menempel di kepala pecinta sepakbola dunia, selain kemampuan-kemampuannya diatas lapangan yang memang mampu menyihir pecinta sepakbola.

    Peristiwa tersebut berlangsung tepatnya 22 Juni 1986 saat Piala Dunia diadakan di Meksiko. Saat itu, timnas Argentina berhadapan dengan timnas Inggris dalam pertandingan babak perempat final, memperebutkan satu tiket untuk melaju ke babak selanjutnya.

    Kejadian menarik mulai terjadi saat memasuki menit ke-51. Saat itu, Maradona melakukan umpan satu dua yang langsung disambung dengan sepakan dari rekan satu negaranya, Jorge Valdano, yang mengarah ke kotak penalti dari pertahanan timnas Inggris.

    Tanpa diduga, bola tersebut justru diteruskan oleh pemain belakang Inggris. Bola pun melambung tinggi ke arah gawang tim Inggris.

    Melihat hal tersebut, Maradona yang saat itu berada di area pertahanan Inggris langsung sigap berlari mengejar bola. Ia melompat dan dengan kesadaran diri penuh meninju bola ke arah gawang Inggris. Bola tersebut berhasil melewati kiper timnas Inggris, Peter Shilton, dan masuk ke dalam gawang.

    Meski Maradona mencetak gol tersebut dengan tangannya, bagian tubuh yang tidak boleh digunakan oleh pemain sepak bola saat bola sedang dimainkan, wasit justru mengganggap gol tersebut sebagai gol yang sah, bukan handball.

    Berkat gol tersebut, Argentina memimpin pertandingan dengan skor 1-0.

    Tim nasional Inggris jelas tidak menerima keputusan tersebut begitu saja, pemain Inggris melemparkan protes kepada wasit yang sedang bertugas. Namun protes tersebut tak membuahkan apapun, wasit tetap memutuskan mengesahkan gol kontroversial tersebut.

    Berkat sumbangsih gol kontroversial dari tangan Maradona melalui tanggannya tersebut,  Argentina mampu memenangkan pertandingan dengan skor akhir 2-1, sekaligus merebut tiket untuk melaju ke babak semifinal dari tim nasional Inggris.

    Pada akhirnya, di edisi Piala Dunia tahun 1986 tersebut Argentina keluar sebagai juara setelah di partai final mereka mengalahkan tim nasional Jerman Barat dengan skor meyakinkan 3-0. Pada partai semifinal sebelumnya, Argentina berhasil unggul atas tim nasonal Belgia 2-0.

    Capaian Argentina meraih juara dunia tersebut tentu menimbulkan banyak perdebatan dan kontroversi.

    Meski begitu, Maradona justru berpandangan bahwa gol tersebut merupakan sebuah trik atau tipu daya. Ia tetap bersikeras bahwa itu bukanlah sebuah kecurangan. Menurutnya, itu adalah gol yang dicetak dengan campur tangan Tuhan. Itulah mengapa gol kontroversial tersebut disebut gol tangan tuhan.

    Selang beberapa tahun kemudian, Maradona mengaku bahwa gol tersebut bukan kebetulan belaka. Rupanya sebelum pertandingan, Maradona sudah banyak mempelajari tipe permainan Inggris. Contohnya saat Kenny Sansom memberinya bola secara ‘cuma-cuma’, Maradona sudah memprediksi bahwa setelahnya Kenny Sansom akan melakukan back pass ke kiper.

    Tak heran jika pada akhirnya ia bisa memanfaatkan situasi untuk melangsungkan gol kontroversial tersebut.

    Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan BBC Sports, Maradona menjelaskan makna gol tangan tuhan dihadapan Gary Lineker, salah satu pemain Inggris.

    Maradona mengaku bahwa bola tersebut memang menyentuh tangannya. Namun saat ia mulai berlari ke belakang untuk merayakan gol, Maradona mengetahui bahwa kiper dan wasit tak menyadari kecurangan yang dilakukannya. Posisinya benar-benar ada dalam posisi tidak ideal untuk memantau insiden tersebut. 

    Ditambah lagi teknologi yang saat itu belum maju, belum ada virtual assistant referee, tentu itu jadi momen menguntungkan bagi Maradona.

    Tangan Tuhan Lain di Piala Dunia yang Dititipkan ke Luis Suarez

    Masih bicara soal Tangan Tuhan, ada kejadian serupa yang terjadi di Piala Dunia tahun 2010 yang saat itu diadakan di Afrika Selatan. Kali ini, pemeran utamanya adalah Luis Suarez.

    Saat itu, Suarez membela negaranya, tim nasional Uruguay yang harus berhadapan dengan tim nasional Ghana dalam pertandingan babak perempat final atau delapan besar.

    Mulanya, pertandingan berjalan lancar. Ghana unggul di menit-menit terakhir babak pertama setelah tendangan Sulley Muntari berhasil menjebok gawang Uruguay yang dikawal oleh Muslera.

    Setelah turun minum, Uruguay pun mulai bangkit di babak kedua. Sebuah tendangan bebas dari Diego Forlan berhasil membuat skor imbang 1-1. Pertandingan pun mau tak mau dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu.

    Di babak perpanjangan waktu, pertandingan berlangsung lebih sengit, kedua negara bertarung habis-habisan untuk memperebutkan satu tiket semifinal.

    Ghana mendapatkan kesempatan melakukan tendangan bebas pada menit ke-120. Ini jelas menjadi momen menguntungkan mengingat jika berhasil berbuah gol, satu kaki Ghana sudah berada babak semifinal, apalagi mengingat waktu yang sudah masuk akhir waktu normal babak perpanjangan waktu.

    Kemudian kontroversi terjadi pada pertandingan tersebut. Suarez melakukan sebuah penyelamatan kontroversial yang membuat mimpi Ghana padam begitu saja.

    Saat itu John Paintsil sedang melakukan tendangan bebasnya. Prince Boateng menyambut bola tersebut, lalu meneruskannya ke Jonathan Mensah dan Stephen Appiah.

    Sayangnya, tendangan Appiah justru diblok oleh Suarez tepat di garis gawang. Bola pun disambar oleh sundulan Dominic Adiyiah hingga hampir masuk ke gawang Uruguay. Kemelut terjadi di depan gawang Uruguay. Kiper Uruguay yang saat itu tidak sedang dalam posisi yang menguntungkan untuk menghadang bola tersebut.

    Dalam kondisi ini Ghana mempunyai kesempatan yang cukup besar untuk mencetak gol dan merebut tiket ke babak selanjutnya.

    Namun sayang, sundulan Dominic Adiyiah yang sudah mengarah ke gawang, justru digagalkan oleh Suarez di tepat sebelum bola melewati garis gawang. Penyelamatan ini sangat kontrovesial karena ia menggunakan tangannya untuk mencegah bola tersebut masuk ke gawang Uruguay.

    Ghana gagal mencetak gol. Suarez menjadi penyelamat Uruguay, meski saat yang bersamaan ia juga diusir oleh wasit dari lapangan. Suarez terpaksa harus menyelesaikan pertandingan sebelum peluit benar-benar berakhir, ia kemudian menyaksikan tendangan penalti Ghana sebelum masuk ke ruang ganti.

    Meski gol Ghana digagalkan oleh Suarez dengan cara yang kontroversial, sesuai dengan peraturan pertandingan, Ghana mendapat hadiah pinalti, sekaligus sebagai hukuman bagi Uruguay karena pemainnya melakukan pelanggaran pertandingan.

    Gyan Asamoah mengambil tendangan pinalti tersebut. Namun sial, tendangan Asamoah ternyata membentur mistar dan akhirnya gagal berubah menjadi gol. Kegagalan ini membuat skor 2-1 Ghana gagal tercipta.

    Suarez yang saat itu masih di pinggir lapangan merayakan kegagalan Ghana mencetak gol lewat titik putih. Uruguay akhirnya berhasil lolos ke babak semifinal setelah pertandingan dilanjut lewat babak adu penalti.

    Hasil pertandingan ini menjadi hasil yang luar biasa bagi Uruguay, namun sebaliknya bagi Ghana.

    Ghana yang menjadi harapan satu-satunya bagi Afrika, justru gugur karena penyelamatan kontroversial Suarez. Bagi pendukung tim Uruguay, Suarez melakukan penyelamatan bak seorang pahlawan.

    Sama seperti gol Maradonna yang disebut sebagai gol tangan tuhan, bagi pendukung tim nasional Uruguay, penyelamatan yang Suarez lakukan adalah penyelamatan tangan tuhan.

    Namun sebaliknya bagi pendukung tim nasional Ghana. Milovan Rajevac selaku pelatih Ghana mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Suarez tak pantas membuatnya disebut sebagai pahlawan.

    Dua hal kontroversial yang terjadi dalam sejarah Piala Dunia ini menjadi sejarah yang akan selalu diingat oleh banyak pecinta sepak bola dunia. Peristiwa ini yang membuat sepak bola menjadi lebih menarik.

  • Pele, Sang Legenda Peraih Piala Dunia Terbanyak

    Bicara soal Piala Dunia, pasti tak bisa lepas dari nama Pele. Selain sebagai legenda pemain sepak bola terbaik sepanjang masa, Pele juga dikenal sebagai peraih piala dunia terbanyak yang belum terpecahkan sampai saat ini.

    Perjalanan Awal Sang Legenda yang Tidak Berkemewahan

    Namanya Edson Arantes do Nascimento, namun lebih sering dikenal dengan nama Pele. Bukan tanpa alasan, karena sesungguhnya nama tersebut merupakan nama ejekan dari teman-teman sekolahnya. Pele benar-benar tak menyukai nama tersebut, sampai pernah terlibat baku hantam saking kesalnya.

    Pele lahir dari pasangan Joao Ramos dan Dona Celeste Arantes. Masa kecilnya bisa dibilang kurang beruntung karena harus bertahan hidup di tengah kemiskinan.

    Meski demikian, Pele bukanlah orang yang pantang menyerah. Ia mulai memanfaatkan apa saja yang ada untuk melatih bakat dasarnya. Misalnya saja, ia memanfaatkan gulungan kain sebagai bola buatan untuk berlatih.

    Tahun 1952, Pele akhirnya bisa bergabung dengan klub lokal. Kondisinya yang tak memungkinkan membuatnya terpaksa berlatih dengan sepatu yang terbuat dari koran bekas yang dikaitkan ke kakinya.

    Usahanya tak mengkhianati hasil. Memasuki usia remaja di tahun 1956, Pele bertemu dengan Waldemar de Brito yang saat itu sedang melatih tim nasional sepak bola Brasil. Tanpa ragu, De Brito meminta Pele untuk bergabung dengan Santos, klub profesional yang ada di luar Sao Paulo. Padahal, saat itu Pele baru berusia 15 tahun. Namun De Britto sudah melihatnya sebagai pemain terbaik dunia. 

    Dengan tekad kuat, Pele menandatangani kontrak tersebut. Di usianya yang masih terbilang remaja, Pele langsung diminta berlatih dengan tim utama.

    Tak perlu menunggu waktu lama. 7 September 1957, Pele langsung memulai debutnya di Santos. Bukan sembarang debut, karena nyatanya Pele berhasil mencetak 1 gol dari kemenangan 7-1.

    Kemenangan ini membuatnya berhasil mendapatkan tempat utama dalam tim senior Santos. Tak hanya itu, Pele juga dinobatkan sebagai Top Score Liga. Alhasil, hanya dalam waktu singkat Pele bisa bergabung dengan tim nasional Brasil.

    Tampil di Piala Dunia dan Menjadi Pemain Termuda yang Menjuarai Piala Dunia

    Piala Dunia 1958 yang diadakan di Swedia jadi saksi lahirnya Pele sang legenda sepak bola.

    Pele pertama kali tampil di laga terakhir grup saat melawan Uni Soviet. Brasil menang 2-0, namun Pele belum berhasil mencetak gol.

    Namanya mulai dilirik saat berhasil mencetak gol tunggal dalam laga perempat final. Saat itu, Brasil dihadapkan dengan Wales. Brasil menang 1-0 dan satu-satunya gol tersebut dicetak oleh Pele seorang.

    Tak berhenti sampai di situ, Pele kembali beraksi saat Brasil melawan Prancis di babak semifinal. Hattrick ciamik dari Pele berhasil membawa kemenangan 5-2 untuk Brasil. Pele pun dinobatkan sebagai pencetak hattrick termuda karena saat itu ia baru berusia 17 tahun 245 hari.

    Di babak final, Pele semakin menggila. Dihadapkan dengan Swedia sang tuan rumah, Pele langsung menguasai pertandingan begitu babak kedua dimulai. Dua gol berhasil dicetaknya dengan mudah. Alhasil, skor akhir 5-2 sukses membawa Brasil pada kemenangan pertama kali untuk Piala Dunia.

    Tak hanya itu, rupanya Pele juga dinobatkan sebagai pemain termuda yang berhasil menjuarai Piala Dunia. Skor 5-2 pun dianggap sebagai skor terbesar yang pernah dicetak sepanjang sejarah final Piala Dunia.

    Pele kembali beraksi di Piala Dunia tahun 1962 yang diadakan di Chili.

    Saat itu, banyak yang menjagokan Brasil kembali menjadi juara. Bukan hanya karena gelar yang sudah dipegangnya, tetapi juga karena terdapat sembilan pemain Brasil yang dipercaya bisa memperkuat tim. Nama Gilmar, Nilton Santos, Zito, Garrincha, Djalma Santos, Didi, Zagalo, Vava, dan Pele disebut-sebut mampu membawa kembali Brasil pada kemenangan.

    Sayangnya, saat itu Pele hanya mendapatkan satu kali kesempatan untuk tampil. Pele ikut ambil bagian saat Brasil melawan Meksiko. Pele berhasil menyumbang satu gol yang membuat Brasil menang dengan skor akhir 2-0.

    Di laga selanjutnya, Pele harus menerima nasib tak bisa melanjutkan diri untuk bertanding. Tepatnya saat berkesempatan melawan Cekoslovakia, Pele mengalami cedera berat yang membuatnya harus berhenti tanding.

    Pada akhirnya, Brasil tetap berhasil menjadi juara setelah mengalahkan Cekoslovakia di babak final dengan skor akhir 3-1. Brasil kembali menjadi juara, meskipun tanpa peran Pele sampai akhir.

    Juara Piala Dunia Ketiga Kalinya Bersama Brasil

    Cedera yang dialami Pele di Piala Dunia sebelumnya rupanya meninggalkan trauma tersendiri baginya. Awalnya, Pele sempat menolak untuk mengikuti pertandingan babak kualifikasi Piala Dunia 1970. Alasannya sama; ia enggan berhadapan dengan lawan-lawan yang dianggapnya suka bermain kasar. Tekel-tekel keras dari lawan rasanya sudah menjadi santapan wajib yang selalu menghampiri Pele.

    Tak lama setelah itu, terdengar aturan baru dari FIFA mengenai hukuman atas pelanggaran. Rupanya FIFA mulai menerapkan hukuman kartu merah dan kartu kuning atas pelanggaran keras yang dilakukan oleh pemain.

    Mendengar aturan baru tersebut, Pele langsung mengubah keputusannya. Ia segera bertanding di enam laga kualifikasi, bahkan berhasil mencetak enam gol untuk Brasil. Pada akhirnya, Brasil bisa kembali mengikuti putaran Piala Dunia 1970.

    Bisa dibilang saat itu Pele adalah pemain senior mengingat rekan-rekan seangkatannya yang pensiun lebih dulu. Ia pun dijadikan pemimpin sekaligus pelayan bagi Jairzinho, Tostao, dan Rivelino.

    Dengan formasi 4-2-4, Pele berhasil membuat Brasil menyajikan pertandingan yang lebih menarik dan berbeda dari sebelumnya. Pele yang biasa tampil sebagai predator kotak penalti, kali ini lebih banyak tampil sebagai kreator serangan. Terbukti, ia berhasil menorehkan enam assist yang akhirnya mengantar Brasil pada babak final Piala Dunia. For your information, jumlah assist Pele disebut-sebut sebagai assist terbanyak dalam satu edisi Piala Dunia.

    Kali ini, Brasil berhadapan dengan Italia di babak final. Pele berhasil mencetak gol pembuka, sekaligus memberikan dua assist untuk Jairzinho dan Carlos Alberto. Alhasil, Brasil meraih skor akhir 4-1 dan kembali menjadi juara.

    Kemenangan ini membuat Brasil berkesempatan membawa pulang trofi Jules Rimet. Tak hanya itu, Brasil juga mulai disebut sebagai salah satu tim terbaik sepanjang masa. Tentu saja, semua ini berkat campur tangan dari Pele.

    Berbagai kemenangan serta prestasi membanggakan yang diperoleh membuat Pele merasa cukup. Di tahun 1974, Pele memutuskan untuk pensiun dari dunia sepakbola.

    Leganda yang Tidak Bisa Meninggalkan Sepakbola

    Namun, rasa cinta Pele pada dunia sepak bola tentu tak bisa hilang semudah itu. Setahun kemudian, Pele mendapatkan tawaran bergabung dengan New York Cosmos untuk bermain di North American Soccer League. Kontrak senilai $2,8 juta jadi jembatan kerjasama keduanya.

    Kontrak yang terbilang mahal ini rupanya bukan sembarang kontrak. New York Cosmos memang sengaja mendatangkan Pele agar para warga Amerika bersemangat menikmati kompetisi North American Soccer League yang saat itu baru berjalan delapan tahun.

    Pele pun memulai debutnya bersama New York Cosmos pada 15 Juni 1975 saat melawan Dallas Tornado. Meski saat itu hasilnya imbang 2-2, namun Pele berhasil membuat New York Cosmos terhindar dari kekalahan. Satu golnya berhasil menyelamatkan New York Cosmos.

    Hingga akhirnya pertandingan tanggal 1 Oktober 1977 benar-benar menjadi pertandingan terakhir Pele. Saat itu diadakan laga eksibisi yang mempertemukan dua klub yang pernah dibelanya; Santos dan New York Cosmos.

    Beberapa saat sebelum pertandingan dimulai, Pele memberikan sebuah pidato di depan 76.891 penonton yang membanjiri stadion. Dengan berurai air mata, Pele menyampaikan kata-kata perpisahan yang diiringi dengan ucapan terima kasih kepada semua orang yang sudah mendukungnya selama ini.

    Setelah pidato berakhir, Pele bersiap untuk bermain bersama New York Cosmos di babak pertama. Sebuah gol spektakuler berhasil Pele cetak setelah tendangan bebas jarak jauhnya masuk ke kandang Santos. Gol ini pun disebut-sebut sebagai gol terakhir Pele sebagai pemain sepak bola.

    Di babak kedua, Pele pindah haluan dan bermain di tim Santos. Serangan Santos makin menggila, namun ternyata justru dibalikkan oleh gol dari Raymon Mifflin dari New York Cosmos. Pertandingan pun berakhir dengan skor 2-1 untuk New York Cosmos.

    Setelah pertandingan berakhir, para pemain dari New York Cosmos dan Santos kompak berkumpul untuk memberikan mawar putih kepada Pele. Sebagai tanda perpisahan, tak lupa mereka mengarak Pele berkeliling stadion.

    “Hadirin sekalian, saya mengucapkan terima kasih banyak atas kehadiran Anda di momen paling mengharukan dalam karir sepak bola saya. Terima kasih telah mencintai dan menyaksikan aksi-aksi saya selama ini. Muito Obrigado”, ucap Pele sebagai tanda perpisahannya dengan dunia sepak bola.

    1.281 gol dari 1.363 pertandingan menjadi rekor fantastis yang dimiliki Pele. Meski tak lagi berlaga di sepak bola, namun nama Pele masih saja berpengaruh dan terkenang hingga saat ini. Gelar ‘Pemain Terbaik Abad Ini’ dari FIFA pada tahun 1999 pun menjadi saksinya.