Tag: Brasil

  • Uruguay dan Juara Piala Dunia untuk Pertama Kali

    Jika bicara mengenai kejuaraan Piala Dunia sepakbola, belakangan kita cenderung lebih mudah mengingat tim nasional Brasil, Italia, Jerman, Inggris dan Argentina. Banyak bintang besar sepakbola lahir dari negara-negara tersebut.

    Jika dibandingkan dengan negara-negara tersebut, Uruguay mungkin masih belum sepopuler negara tersebut, meski pada kenyataannya banyak pemain-pemain bintang besar juga lahir dari Uruguay, misalnya Recoba, Diego Forlan, Cavani hingga Luis Suarez.

    Meskipun masih kalah populer dibanding negara-negara sepakbola eropa seperti Inggris, Perancis, Jerman dan Spanyol, ataupun masih kalah populer dengan negara tetanggan satu benua seperti Argentina dan Brasil, kiprah Uruguay di sepakbola dunia tidak bisa dipandang sebelah mata.

    Dalam banyak edisi Piala Dunia yang diselenggarakan, Uruguay hampir selalu bisa menunjukkan performa-performa apik untuk bersaing dengan negara-negara kuat sepakbola tersebut. Bahkan fakta menariknya adalah, Uruguay merupakan juara pertama Piala Dunia dalam sejarah.

    Piala Dunia Sepakbola Diselenggarakan Pertama Kali untuk Mempertemukan Banyak Negara

    Tahun 1930 menjadi tahun bersejarah bagi perhelatan Piala Dunia. Untuk pertama kalinya, pertandingan yang menjadi ajang sepak bola paling bergengsi di dunia ini digelar. Uruguay, sebuah negara kecil di Amerika Latin, ditunjuk sebagai tuan rumah pertandingan akbar tersebut.

    Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat saat itu Uruguay baru saja mempertahankan gelar juara sepak bola di Olimpiade Amsterdam 1928.

    Piala Dunia pertama ini  diselenggarakan selama 18 hari terhitung dari tanggal 13-30 Juli 1930. Diikuti oleh 13 negara, ajang sepak bola ini terbagi dalam empat grup. 

    Grup pertama terdiri dari Argentina, Chili, Perancis, dan Meksiko. Grup kedua terdiri dari Yugoslavia, Brazil, dan Bolivia. Grup ketiga terdiri dari Uruguay, Rumania, dan Peru. Sedangkan grup terakhir terdiri dari Amerika Serikat, Paraguay, dan juga Belgia.

    Berdasarkan aturan dari FIFA, Piala Dunia saat itu tak melewati fase kualifikasi. Masing-masing juara dari setiap grup otomatis akan langsung lolos ke babak semifinal. Dari masing-masing grup tersebut, lahirlah empat tim jagoan yaitu Uruguay, Yugoslavia, Argentina, dan Amerika Serikat.

    Maju ke Final Dengan Kemenangan Meyakinkan di Fase Grup dan Semifinal

    Sebagai tuan rumah, Uruguay memastikan diri lolos ke babak semifinal setelah menang telak 4-0 atas Rumania. Gol dari Pablo Dorado, Hector Scarone, Peregrino Anselmo, dan juga Jose Pedro Cea menjadi pengantar kemenangan besar tersebut. Di pertandingan sebelumnya, Uruguay mengalahkan Peru dengan skor akhir 1-0 berkat gol tunggal Hector Castro.

    Di babak semifinal Uruguay harus bertemu dengan Yugoslavia, juara dari grup 2, yang baru saja mengalahkan Brasil dengan skor 2-1 dan Bolivia dengan skor 4-0. Gol ciamik dari Ivan Bek, Blagoje Marjanovic, serta Dorde Vujadinovic menjadikan bukti bahwa tim nasional Yugoslavia bukanlah tim kaleng-kaleng.

    Meski demikian, kekuatan Yugoslavia saat memporak-porandakan grup 2 tak lantas membuat nyali tim nasional Uruguay ciut. Dalam pertandingan yang berlangsung 27 Juli 1930 di Estadio Centenario, Montevideo, tim Uruguay berjuang mati-matian untuk mendapatkan tiket menuju final Piala Dunia.

    Yugoslavia yang sebelumnya tampil garang dan penuh percaya diri, kali ini harus gigit jari karena dibantai oleh tim Uruguay

    Di menit awal pembuka, Yugoslavia memang berhasil mencetak gol dari Vujadinovic. Tapi siapa sangka, gol tersebut justru membuat tim Uruguay langsung bangkit dan terpacu untuk membalikkan keadaan.

    Satu gol balasan dari Jose Pedro langsung dicetak di menit 18’. Tak berhenti sampai di situ, Jose Pedro kembali mencetak gol di menit 67’ dan 72’. Peregrino Anselmo dan Santos Iriarte pun ikut menyumbang gol yang semakin menggempur pertahanan diri Yugoslavia.

    Pada akhirnya, Yugoslavia harus tersingkir dalam perebutan tiket ke final setelah kalah dari Uruguay dengan skor akhir 6-1.

    Memperebutkan Gelar Juara Bersama Dengan Raksasa Sepabola Amerika Latin Lainnya

    Di partai semifinal yang lain, Argentina dipertemukan dengan Amerika Serikat pada 26 Juli 1930.

    Argentina berhasil menggempur habis-habisan Amerika Serikat dengan serangkaian gol ciamik yang langsung membuat para pemain Amerika Serikat mati kutu. Alhasil, Argentina pun mendapatkan kesempatan untuk melaju ke pertandingan final.

    tim nasional Uruguay dan Argentina pun dipertemukan dalam pertandingan final untuk memperubatkan gelar juara dunia.

    Pertandingan ini bukan hanya sekedar final biasa bagi Uruguay, namun juga ajang untuk kembali membuktikan diri tim Uruguay. Mengingat status Uruguay saat itu sebagai tuan rumah sekaligus juara dari Olimpiade 1928 untuk cabang sepakbola.

    Bagaimanapun, ini menjadi beban tersendiri bagi tim nasional Uruguay, apalagi disaksikan langsung oleh para warga Uruguay yang menantikan kemenangan.

    Pertandingan final ini pun digelar tanggal 30 Juli 1930 pukul 14.15 waktu setempat di Estadio Centenario, Montevideo. Pertandingan bersejarah ini disaksikan oleh 68.346 penonton yang siap menjadi saksi sejarah kemenangan pertama Piala Dunia.

    Pertandingan langsung berjalan panas sejak peluit tanda permainan dimulai, dibunyikan.

    Tanpa menunggu waktu lama, pemain Uruguay, Pablo Dorado, langsung menjebol gawang Argentina di menit 12’. Seperti mendapatkan cambukan keras, tim Argentina langsung membalas lewat tendangan keras dari Carlos Peucelle dan Guillermo Stabile. Alhasil, Argentina unggul di babak pertama dengan skor 2-1.

    Memasuki babak kedua, Uruguay mengatur strategi untuk membalikkan keadaan. Sejak awal, Uruguay terus memberikan serangan sengit. Gol dari Jose Pedro pun berhasil menjebol gawang Argentina.

    Skor pertandingan menjadi imbang, membuat Uruguay yakin bisa memenangkan pertandingan. Terbukti, memasuki menit ke 68’ tendangan Santos Iriarte berhasil menjebol gawang Argentina.

    Tak berhenti sampai di situ saja, Uruguay kembali mencetak gol spektakuler di menit 89’. Kali ini, sundulan maut dari Hector Castro berhasil membuat Uruguay unggul dua gol dan hampir pasti mengunci kemenangan.

    Dua gol ciamik ini  juga disambut meriah oleh para pendukung Uruguay yang menantikan kemenangan tim kesayangannya.

    Gol dari Hector Castro pun menjadi penutup pertandingan final dari dua negera Amerika Latin di Piala Dunia 1930. Uruguay dinobatkan sebagai juara pertama dalam sejarah Piala Dunia. Uruguay berhasil membuktikan bahwa tim mereka pantas untuk bersanding dengan tim hebat dari negara-negara lainnya.

    Memilih Absen di Dua Piala Dunia Selanjutnya Sebagai Bantuk Protes Balik Terhadap Negara Eropa

    Di Piala Dunia tahun-tahun berikutnya (tahun 1934 dan 1938), Uruguay menolak untuk berpartisipasi dalam pertandingan. Meskipun menyandang status sebagai juara bertahan dan jadi tim yang diunggulkan, nyatanya Uruguay enggan berpartisipasi.

    Hal ini karena Uruguay melakukan aksi boikot balik. Karena sebelumnya, beberapa negara Eropa enggan berpartisipasi di ajang Piala Dunia yang diadakan di benua Amerika Selatan, kali ini Uruguay membalasnya. Mereka pun berbalik enggan berpartisipasi di Piala Dunia yang diadakan di Italia dan Prancis. 

    Tim nasional Uruguay baru kembali berpartisipasi di ajang Piala Dunia 1950 yang diadakan di Brasil. Hebatnya, Uruguay berhasil kembali menjadi juara meskipun sebelumnya absen dua kali. 

    Piala Dunia yang digelar pertama kali di Uruguay menjadi cikal bakal kompetisi sepak bola antar negara dan masih berlanjut sampai saat ini. Ajang paling bergengsi di dunia ini selalu ditunggu banyak penggemar.

  • Menanti Kejutan Sepakbola Korea Selatan

    Bagi sebagian masyarakat dunia, Korea Selatan mungkin lebih dikenal dengan kultur-kultur pop lewat drama korea atau musik k-pop, bagi sebagian lain, mungkin lebih mengenal Korea Selatan lewat perusahaan-perusahaan teknologi besarnya seperti Samsung, Hyundai dan lain-lain.

    Di sisi yang lain, sebenarnya ada cerita-cerita beberapa orang yang mencintai sepak bola dari Korea Selatan, mencoba menarik perhatian pecinta sepakbola dunia dan mencatat sejarah bagi sepakbola Asia.

    Berhasil Menjadi Keluar Sebagai Juara dari Grup Dengan Persaingan Ketat

    Mulanya, tim nasional sepak bola Korea Selatan memang tak terlihat menonjol. Sejak awal diadakannya Piala Dunia, namanya tak ada dalam daftar negara pemain. Pernah hanya sekali tampil di tahun 1954, itupun hanya lolos hingga fase grup dan berakhir di posisi 16. Setelah itu Korea Selatan selalu absen.

    Hingga akhirnya di tahun 1986, Korea Selatan kembali memasuki fase grup. Tahun-tahun berikutnya (1990, 1994, 1998) pun sama, Korea Selatan hanya mampu bersaing hingga masuk fase grup. Sedikit demi sedikit memang mulai ada perubahan untuk sepakbola Korea Selatan, meski belum signifikan.

    Namun siapa sangka, saat Piala Dunia tahun 2002 keadaan langsung berbalik total. Jika di edisi-edisi sebelumnya, Korea Selatan hanya selalu gugur di fase grup, pada Piala dunia tahun 2022 mereka justru berhasil melanggeng jauh hingga babak semifinal.

    Hal ini berada diluar prediksi banyak orang.

    Sebelum Piala Dunia dimulai, Korea Selatan yang saat itu juga menjadi tuan rumah bersama dengan Jepang memang melakukan persiapan yang cukup matang untuk edisi Piala Dunia tersebut. Guus Hiddink, pelatih terkenal asal Belanda yang malang melintang di berbagai klub top Eropa ditunjuk sebagai pelatih berpengalaman yang akan menukangi tim.

    Di fase grup, Jepang mendapati ujian yang cukup berat karena saat itu Korea Selatan harus menempati grup yang berisi tim kuat seperti Amerika Serikat, Polandia, dan Portugal. 

    Dengan komposisi ini, tentu Korea Selatan tidak menjadi tim favorit yang akan lolos ke fase selanjutnya, karena mengingat  pada edisi-edisi Piala Dunia sebelumnya, Korea Selatan belum pernah lolos ke babak 16 besar.

    Diluar dugaan, di fase grup ternyata Korea Selatan langsung mengalahkan Polandia dengan skor akhir 2-0. Pada pertandingan selanjutnya, Korea Selatan berhasil menahan imbang Amerika Serikat dengan skor akhir 1-1.

    Terakhir, tim kuat Portugal juga takluk atas Korea Selatan dengan skor akhir 1-0. Dengan demikian, Korea Selatan langsung lolos ke fase gugur dengan raihan 7 poin. Memuncaki klasemen, unggul 3 poin dari Amerika Serikat yang berada pada peringat kedua.

    Menjadi Tim Asia Pertama yang Melanggeng Hingga ke Babak Semifinal Piala Dunia

    Perjuangan Korea Selatan belum selesai, justru baru saja dimulai. Di babak 16 besar, mereka langsung dihadapkan dengan tim nasional Italia yang terkenal langganan juara. Nama-nama besar seperti Totti, Paolo Maldini, serta Buffon pun menghantui langkah Korea Selatan untuk mengalahkan Italia. 

    Namun siapa sangka, Italia justru berhasil dikalahkan. Skor akhir 2-1 jadi saksi kehebatan tim nasional Korea Selatan hari itu.

    Di babak perempat final, Korea Selatan berhadapan dengan kekuatan sepakbola Eropa lainnya, Spanyol. Adu penalti menyelamatkan Korea Selatan hingga akhirnya mampu melaju ke babak semifinal.

    Masuknya Korea Selatan dalam babak semifinal menjadi raihan terbaik tim nasional sepakbola asal Asia yang belum terpecahkan hingga saat ini. Capaian ini, membuat seluruh masyarakat Asia ikut bangga, mengingat biasanya sepakbola Asia selalu berada dibawah tim nasional dari Eropa, Amerika Latin, hingga Afrika.

    Di babak semifinal, Korea Selatan dihadapkan dengan Jerman. Namun sayang, langkahnya berhenti karena kalah skor 0-1. Gol tunggal dari Michael Ballack membuat mimpi Korea Selatan untuk melangkah ke partai puncak Piala Dunia terhenti. Alhasil, Korea Selatan hanya mampu menduduki peringkat ke-4.

    Perjalanan Korea Selatan di Edisi-Edisi Piala Dunia Selanjutnya

    Kegagalan Korea Selatan mencapai babak final tak lantas membuat semangat mereka padam begitu saja. Mereka terus berusaha memberikan hasil terbaik di Piala Dunia tahun-tahun berikutnya.

    Piala Dunia tahun 2006 lalu, Korea Selatan berhasil mewakili Asia dengan prestasi terbaiknya. Sayangnya, mereka hanya lolos hingga fase grup. Rupanya Swiss berhasil menggagalkan Korea Selatan saat tanding di pertandingan terakhir fase grup. Padahal saat itu Korea Selatan hanya butuh hasil seri dari Swiss, mengingat di pertandingan awal mereka sudah mengumpulkan 4 poin. 

    Empat tahun kemudian, Korea Selatan berhasil mencapai babak 16 besar Piala Dunia 2010. Mereka berhadapan dengan Uruguay, namun harus kalah dengan skor akhir 1-2. Meski sempat tampil ciamik, Korea Selatan belum berhasil mengalahkan Uruguay. Gol Luis Suarez di 10 menit terakhir juga menjadi salah satu penyebab kekalahan Korea Selatan.

    Saat Piala Dunia 2014 berlangsung, tak ada perwakilan negara dari Asia yang berhasil meraih kemenangan. Korea Selatan pun lagi-lagi hanya lolos sampai babak fase grup.

    Meski berhasil mengalahkan Rusia, namun mereka gagal mengalahkan Aljazair dan Belgia. Fase grup pun menjadi langkah terakhir Korea Selatan saat itu. Bagaimanapun, Korea Selatan menjadi negara terbaik di Asia yang mewakili Piala Dunia 2014. 

    Terakhir, saat berlangsungnya Piala Dunia tahun 2018 lalu. Lagi-lagi Korea Selatan gagal lolos ke fase grup. Padahal, saat itu Korea Selatan berhasil mengalahkan Jerman, yang merupakan tim juara edisi Piala Dunia.

    Hasil ini membuat Korea Selatan gagal masuk ke babak 16 besar. 

    Menanti Kejutan-Kejutan Sepakbola Korea Selatan Selanjutnya

    Korea Selatan berhasil mematahkan stigma bahwa sepak bola Asia tak lebih baik daripada sepak bola milik Eropa, Amerika Latin, dan juga Afrika. Meskipun negara-negara tersebut memiliki sejumlah nama besar yang bisa menciutkan nyali, nyatanya Korea Selatan justru melenggang bebas hingga babak 16 besar.

    Meski akhirnya, Korea Selatan harus tersingkir di babak 16 besar karena kalah 4-1 dari tim kuat juara saat itu, Brasil.

    Untuk level sepakbola Asia, tim nasional Korea Selatan bisa dibilang cukup sukses. Berdasarkan peringkat FIFA pada Oktober 2022, tim nasional sepak bola Korea Selatan ada di peringkat ke-28 dunia. Hanya berada dibawah Iran dan Jepang sebagai sesama negara Asia.

    Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, sepakbola Korea Selatan terus tumbuh ke arah yang lebih baik, hal ini bisa dilihat dari banyaknya pemain sepakbola asal Korea Selatan yang bermain di klub-klub top Eropa, misalnya seperti Son Heung-min, Hwang Hee-chan, Kim-min Jae dan lainnya.

    Dengan ini bukan tidak mungkin Korea Selatan bisa memberikan perlawanan kepada tim-tim sepakbola kuat Eropa, Amerika Latin dan Afrika. Jadi, mari kita tunggu kejutan-kejutan Korea Selatan selanjutnya!

  • Inggris, Penemu Sepakbola Modern

    Jika mendengar sepak bola, kemungkinan besar yang muncul pertama kali di benak pecinta sepak bola dunia adalah Brasil. 

    Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat sejarah penjang raihan-raihan Brasil di pentas sepak bola dunia, baik raihan tim nasional Brasil di ajang-ajang sepabkola populer seperti Piala Dunia, maupun raihan-raihan individu legenda-legenda sepak bola asal Brasil di kancah sepak bola internasional.

    Sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia, penduduk Brasil sangat mendewakan sepak bola. Tak hanya itu, banyak pesepakbola hebat yang lahir di Brasil. Sebut saja Pele, Ronaldinho, Kaka, Socrates, Zico, Ronaldo, Romario, Neymar, serta Rivaldo menjadi betapa banyak pemain besar lahir dari Brasil.

    Namun, jika ditilik lebih dalam, sebenarnya Inggris punya cerita yang lebih jauh dan panjang tentang sepak bola.

    Sejarah Panjang Permainan Sepakbola di Berbagai Negara

    Jika kita menilik lebih jauh, maka akan menemukan fakta bahwa sebenarnya sepak bola sudah dimainkan sejak tahun 2500 sebelum masehi.

    Saat itu beberapa negara seperti Tiongkok, Mesir, dan Italia bermain sepak bola di Mesir. Mereka memainkan bola yang terbuat dari linen, yang kemudian ditambah dengan kulit atau usus agar daya pantulnya bisa lebih tinggi. Sayangnya, sepak bola tersebut belum memiliki aturan yang jelas. Alhasil, permainannya pun cenderung berantakan.

    Sejarah lain mengatakan sepak bola sudah populer di China pada abad ke-2 hingga ke-3, tepatnya 255-206 sebelum masehi. Orang-orang di sana memainkan bola yang terbuat dari kulit dengan jaring kecil yang dikenal dengan nama Tsu Chu.

    Tsu artinya menerjang bola dengan kaki, sedangkan Chu artinya bola dari kulit yang ada isinya. 

    Namun, sepak bola di China awalnya justru dijadikan ajang untuk melatih fisik para tentara pada zaman Chun Qiu Zhan Guo.

    Tak hanya China, Yunani pun menerapkan konsep yang sama. Tepatnya sejak tahun 800 SM, Yunani memainkan sepak bola yang dikenal dengan nama Episkyros yang artinya ‘bola umum’. Tujuannya sama; untuk melatih fisik para prajurit kerajaan. 

    Permainannya melibatkan dua tim yang saling memperebutkan satu bola. Bedanya, pemain Episkyros boleh menggunakan tangan saat bermain. Maka dari itu tak heran jika permainan bisa berlangsung keras dan cenderung brutal.

    Namun, ada juga yang mengatakan bahwa sepak bola pernah dimainkan di Roma. Sama seperti sebelumnya, aturan yang ada belum jelas sehingga permainan berakhir kacau. Tak hanya itu, nyawa pun ikut terenggut jika sepak bola sudah dimainkan.

    Inggris, Negara Penemu Sepakbola Modern untuk Pertama Kali

    Memasuki abad ke-14, sepak bola mulai masuk ke Inggris. Olahraga ini menjadi sangat populer di kalangan masyarakat. 

    Namun, rupanya Raja Edward III melarangnya. Ia menganggap sepak bola adalah olahraga penuh kekerasan dan tindakan brutal. Saat pada akhirnya Raja Edward III mulai mengizinkan, Ratu Elizabeth justru melarangnya. Tak hanya melarang, Ratu Elizabeth juga memberikan sanksi berupa penjara bagi mereka yang masih bermain sepak bola.

    Hingga akhirnya tahun 1680, Charles II mencabut larangan tersebut sehingga orang-orang bisa kembali bermain sepak bola. Saat itu, sepak bola bisa dimainkan dengan jumlah pemain yang tak terbatas. Lagi-lagi tak ada aturan yang jelas, pemain hanya tak boleh mengarah pada kekerasan. Siapa saja boleh ikut dalam olahraga ini. Akibatnya, kerusuhan terus saja terjadi tanpa terkendali.

    Tahun demi tahun berlalu, hingga akhirnya masuk ke paruh kedua tahun 1800-an. Tahun tersebut adalah tahun mulai munculnya sepak bola modern dengan peraturan yang semakin diperbarui.

    Mulanya, peraturan permainan masih saja berbeda, hingga akhirnya dibuat satu set peraturan yang dikukuhkan oleh Sheffield FC, klub tertua di dunia, pada tahun 1857.

    Sayangnya, penerapannya masih saja berbeda-beda. Contohnya saja aturan Cambridge yang berbeda dengan aturan Sheffield. Beda tempat beda aturan, sehingga benar-benar menimbulkan kebingungan dan ketidaksepahaman antar pemain.

    Peraturan pun semakin dimasak matang-matang. Hingga akhirnya pada tahun 1863, satu peraturan disepakati. Beberapa klub yang tergabung dalam 12 tim di London adalah orang-orang yang menyepakatinya. Mereka kebanyakan adalah mahasiswa Cambridge University yang peduli pada perkembangan sepak bola. 

    Berdirinya Asosiasi dan Federasi Sepakbola Resmi Dunia

    Namun tentu saja peraturan tersebut tak langsung disepakati semua orang mengingat masih ada yang ingin bermain sepak bola dengan peraturan sendiri.

    Alhasil, pertandingan masih saja berlangsung tanpa aturan yang sama. Akhirnya dibuatlah International Football Association Board (IFAB) pada tahun 1886 yang bertujuan mempertajam peraturan. 17 peraturan pun disahkan sehingga aturan semakin terlihat lebih jelas.

    Tak hanya itu, mereka juga membuat asosiasi sepak bola Inggris yang kemudian dikenal dengan Football Association (FA). Diadakan juga turnamen sepak bola pertama yang disebut dengan FA Cup. Momen inilah yang membuat Inggris mulai dikenal sebagai negara yang pertama kali membuat beragam peraturan untuk sepak bola.

    Beredarnya kabar persetujuan peraturan sepak bola pun mulai menyebar ke banyak negara di Eropa seperti Belanda, Spanyol, Prancis, serta Swedia.

    Tak disangka, ternyata semakin banyak yang menjadi penikmat sepak bola. Tak nanggung-nanggung, penikmatnya bahkan sampai kancah internasional.

    Maka dari itu, dibuatlah federasi sepak bola dari beberapa negara yang dikenal dengan nama Federation Internationale de Football Association (FIFA) pada 21 Mei 1904 di Paris, Prancis. Negara-negara tersebut adalah Prancis, Belgia, Belanda, Denmark, Swiss, Spanyol, dan juga Swedia.

    Sejak adanya FIFA, harus diakui perkembangan sepak bola semakin pesat. Mulai banyak dibangun sistem dan struktur yang ditujukan untuk mendukung kompetisi yang berlangsung.

    Berbagai liga dan kejuaraan pun mulai diselenggarakan, mulai dari tingkat nasional, kontinental, hingga dunia. Salah satunya adalah Piala Dunia yang pertama kali diadakan di Uruguay pada tahun 1930.

    Seiring berkembangnya waktu dari masa ke masa, tentu semakin banyak perubahan peraturan yang terjadi. Namun, pada dasarnya peraturan sepak bola tetap mengacu pada konstitusi dan tujuan awal yang disepakati bersama.

    IFAB masih menjadi penjaga dari Laws of the Game, sementara FIFA masih menaungi jalannya sepak bola dunia. Begitu pun dengan Inggris, akan selalu punya peran besar dalam berdirinya sepak bola meskipun bukan penemu ‘asli’ dari sepak bola.

  • Pele, Sang Legenda Peraih Piala Dunia Terbanyak

    Bicara soal Piala Dunia, pasti tak bisa lepas dari nama Pele. Selain sebagai legenda pemain sepak bola terbaik sepanjang masa, Pele juga dikenal sebagai peraih piala dunia terbanyak yang belum terpecahkan sampai saat ini.

    Perjalanan Awal Sang Legenda yang Tidak Berkemewahan

    Namanya Edson Arantes do Nascimento, namun lebih sering dikenal dengan nama Pele. Bukan tanpa alasan, karena sesungguhnya nama tersebut merupakan nama ejekan dari teman-teman sekolahnya. Pele benar-benar tak menyukai nama tersebut, sampai pernah terlibat baku hantam saking kesalnya.

    Pele lahir dari pasangan Joao Ramos dan Dona Celeste Arantes. Masa kecilnya bisa dibilang kurang beruntung karena harus bertahan hidup di tengah kemiskinan.

    Meski demikian, Pele bukanlah orang yang pantang menyerah. Ia mulai memanfaatkan apa saja yang ada untuk melatih bakat dasarnya. Misalnya saja, ia memanfaatkan gulungan kain sebagai bola buatan untuk berlatih.

    Tahun 1952, Pele akhirnya bisa bergabung dengan klub lokal. Kondisinya yang tak memungkinkan membuatnya terpaksa berlatih dengan sepatu yang terbuat dari koran bekas yang dikaitkan ke kakinya.

    Usahanya tak mengkhianati hasil. Memasuki usia remaja di tahun 1956, Pele bertemu dengan Waldemar de Brito yang saat itu sedang melatih tim nasional sepak bola Brasil. Tanpa ragu, De Brito meminta Pele untuk bergabung dengan Santos, klub profesional yang ada di luar Sao Paulo. Padahal, saat itu Pele baru berusia 15 tahun. Namun De Britto sudah melihatnya sebagai pemain terbaik dunia. 

    Dengan tekad kuat, Pele menandatangani kontrak tersebut. Di usianya yang masih terbilang remaja, Pele langsung diminta berlatih dengan tim utama.

    Tak perlu menunggu waktu lama. 7 September 1957, Pele langsung memulai debutnya di Santos. Bukan sembarang debut, karena nyatanya Pele berhasil mencetak 1 gol dari kemenangan 7-1.

    Kemenangan ini membuatnya berhasil mendapatkan tempat utama dalam tim senior Santos. Tak hanya itu, Pele juga dinobatkan sebagai Top Score Liga. Alhasil, hanya dalam waktu singkat Pele bisa bergabung dengan tim nasional Brasil.

    Tampil di Piala Dunia dan Menjadi Pemain Termuda yang Menjuarai Piala Dunia

    Piala Dunia 1958 yang diadakan di Swedia jadi saksi lahirnya Pele sang legenda sepak bola.

    Pele pertama kali tampil di laga terakhir grup saat melawan Uni Soviet. Brasil menang 2-0, namun Pele belum berhasil mencetak gol.

    Namanya mulai dilirik saat berhasil mencetak gol tunggal dalam laga perempat final. Saat itu, Brasil dihadapkan dengan Wales. Brasil menang 1-0 dan satu-satunya gol tersebut dicetak oleh Pele seorang.

    Tak berhenti sampai di situ, Pele kembali beraksi saat Brasil melawan Prancis di babak semifinal. Hattrick ciamik dari Pele berhasil membawa kemenangan 5-2 untuk Brasil. Pele pun dinobatkan sebagai pencetak hattrick termuda karena saat itu ia baru berusia 17 tahun 245 hari.

    Di babak final, Pele semakin menggila. Dihadapkan dengan Swedia sang tuan rumah, Pele langsung menguasai pertandingan begitu babak kedua dimulai. Dua gol berhasil dicetaknya dengan mudah. Alhasil, skor akhir 5-2 sukses membawa Brasil pada kemenangan pertama kali untuk Piala Dunia.

    Tak hanya itu, rupanya Pele juga dinobatkan sebagai pemain termuda yang berhasil menjuarai Piala Dunia. Skor 5-2 pun dianggap sebagai skor terbesar yang pernah dicetak sepanjang sejarah final Piala Dunia.

    Pele kembali beraksi di Piala Dunia tahun 1962 yang diadakan di Chili.

    Saat itu, banyak yang menjagokan Brasil kembali menjadi juara. Bukan hanya karena gelar yang sudah dipegangnya, tetapi juga karena terdapat sembilan pemain Brasil yang dipercaya bisa memperkuat tim. Nama Gilmar, Nilton Santos, Zito, Garrincha, Djalma Santos, Didi, Zagalo, Vava, dan Pele disebut-sebut mampu membawa kembali Brasil pada kemenangan.

    Sayangnya, saat itu Pele hanya mendapatkan satu kali kesempatan untuk tampil. Pele ikut ambil bagian saat Brasil melawan Meksiko. Pele berhasil menyumbang satu gol yang membuat Brasil menang dengan skor akhir 2-0.

    Di laga selanjutnya, Pele harus menerima nasib tak bisa melanjutkan diri untuk bertanding. Tepatnya saat berkesempatan melawan Cekoslovakia, Pele mengalami cedera berat yang membuatnya harus berhenti tanding.

    Pada akhirnya, Brasil tetap berhasil menjadi juara setelah mengalahkan Cekoslovakia di babak final dengan skor akhir 3-1. Brasil kembali menjadi juara, meskipun tanpa peran Pele sampai akhir.

    Juara Piala Dunia Ketiga Kalinya Bersama Brasil

    Cedera yang dialami Pele di Piala Dunia sebelumnya rupanya meninggalkan trauma tersendiri baginya. Awalnya, Pele sempat menolak untuk mengikuti pertandingan babak kualifikasi Piala Dunia 1970. Alasannya sama; ia enggan berhadapan dengan lawan-lawan yang dianggapnya suka bermain kasar. Tekel-tekel keras dari lawan rasanya sudah menjadi santapan wajib yang selalu menghampiri Pele.

    Tak lama setelah itu, terdengar aturan baru dari FIFA mengenai hukuman atas pelanggaran. Rupanya FIFA mulai menerapkan hukuman kartu merah dan kartu kuning atas pelanggaran keras yang dilakukan oleh pemain.

    Mendengar aturan baru tersebut, Pele langsung mengubah keputusannya. Ia segera bertanding di enam laga kualifikasi, bahkan berhasil mencetak enam gol untuk Brasil. Pada akhirnya, Brasil bisa kembali mengikuti putaran Piala Dunia 1970.

    Bisa dibilang saat itu Pele adalah pemain senior mengingat rekan-rekan seangkatannya yang pensiun lebih dulu. Ia pun dijadikan pemimpin sekaligus pelayan bagi Jairzinho, Tostao, dan Rivelino.

    Dengan formasi 4-2-4, Pele berhasil membuat Brasil menyajikan pertandingan yang lebih menarik dan berbeda dari sebelumnya. Pele yang biasa tampil sebagai predator kotak penalti, kali ini lebih banyak tampil sebagai kreator serangan. Terbukti, ia berhasil menorehkan enam assist yang akhirnya mengantar Brasil pada babak final Piala Dunia. For your information, jumlah assist Pele disebut-sebut sebagai assist terbanyak dalam satu edisi Piala Dunia.

    Kali ini, Brasil berhadapan dengan Italia di babak final. Pele berhasil mencetak gol pembuka, sekaligus memberikan dua assist untuk Jairzinho dan Carlos Alberto. Alhasil, Brasil meraih skor akhir 4-1 dan kembali menjadi juara.

    Kemenangan ini membuat Brasil berkesempatan membawa pulang trofi Jules Rimet. Tak hanya itu, Brasil juga mulai disebut sebagai salah satu tim terbaik sepanjang masa. Tentu saja, semua ini berkat campur tangan dari Pele.

    Berbagai kemenangan serta prestasi membanggakan yang diperoleh membuat Pele merasa cukup. Di tahun 1974, Pele memutuskan untuk pensiun dari dunia sepakbola.

    Leganda yang Tidak Bisa Meninggalkan Sepakbola

    Namun, rasa cinta Pele pada dunia sepak bola tentu tak bisa hilang semudah itu. Setahun kemudian, Pele mendapatkan tawaran bergabung dengan New York Cosmos untuk bermain di North American Soccer League. Kontrak senilai $2,8 juta jadi jembatan kerjasama keduanya.

    Kontrak yang terbilang mahal ini rupanya bukan sembarang kontrak. New York Cosmos memang sengaja mendatangkan Pele agar para warga Amerika bersemangat menikmati kompetisi North American Soccer League yang saat itu baru berjalan delapan tahun.

    Pele pun memulai debutnya bersama New York Cosmos pada 15 Juni 1975 saat melawan Dallas Tornado. Meski saat itu hasilnya imbang 2-2, namun Pele berhasil membuat New York Cosmos terhindar dari kekalahan. Satu golnya berhasil menyelamatkan New York Cosmos.

    Hingga akhirnya pertandingan tanggal 1 Oktober 1977 benar-benar menjadi pertandingan terakhir Pele. Saat itu diadakan laga eksibisi yang mempertemukan dua klub yang pernah dibelanya; Santos dan New York Cosmos.

    Beberapa saat sebelum pertandingan dimulai, Pele memberikan sebuah pidato di depan 76.891 penonton yang membanjiri stadion. Dengan berurai air mata, Pele menyampaikan kata-kata perpisahan yang diiringi dengan ucapan terima kasih kepada semua orang yang sudah mendukungnya selama ini.

    Setelah pidato berakhir, Pele bersiap untuk bermain bersama New York Cosmos di babak pertama. Sebuah gol spektakuler berhasil Pele cetak setelah tendangan bebas jarak jauhnya masuk ke kandang Santos. Gol ini pun disebut-sebut sebagai gol terakhir Pele sebagai pemain sepak bola.

    Di babak kedua, Pele pindah haluan dan bermain di tim Santos. Serangan Santos makin menggila, namun ternyata justru dibalikkan oleh gol dari Raymon Mifflin dari New York Cosmos. Pertandingan pun berakhir dengan skor 2-1 untuk New York Cosmos.

    Setelah pertandingan berakhir, para pemain dari New York Cosmos dan Santos kompak berkumpul untuk memberikan mawar putih kepada Pele. Sebagai tanda perpisahan, tak lupa mereka mengarak Pele berkeliling stadion.

    “Hadirin sekalian, saya mengucapkan terima kasih banyak atas kehadiran Anda di momen paling mengharukan dalam karir sepak bola saya. Terima kasih telah mencintai dan menyaksikan aksi-aksi saya selama ini. Muito Obrigado”, ucap Pele sebagai tanda perpisahannya dengan dunia sepak bola.

    1.281 gol dari 1.363 pertandingan menjadi rekor fantastis yang dimiliki Pele. Meski tak lagi berlaga di sepak bola, namun nama Pele masih saja berpengaruh dan terkenang hingga saat ini. Gelar ‘Pemain Terbaik Abad Ini’ dari FIFA pada tahun 1999 pun menjadi saksinya.